BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru
adalah motor utama yang mendapat tanggung jawab langsung untuk menterjemahkan
kurikulum ke dalam aktifitas belajar mengajar (Soedijarto, 1993:58). Untuk itu
guru perlu memiliki kemampuan personal, profesioinal dan kemampuan sosial untuk
menunjang tugasnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemampuan tersebut
diupayakan untuk dikembangkan dan ditingkat-kan agar mencapai tingkat profesi
yang optimal. Proses pertumbuhan profesi dimulai sejak guru mulai mengajar dan
berlangsung sepanjang hidup dan karier hidup (Piet A. Sehertian, 1994:7).
Kesadaran guru untuk itu ternyata belum begitu nampak. Penelitian Budiyono
terhadap 36 guru di Semarang menemu-kan bahwa belum semua guru menghabiskan
waktu yang ada untuk keperluan profesionalnya, hanya 38,9% dari sebagian waktu
yang ada (Budiyono, 1995:17).
Tenaga
yang profesional lebih mengutmaakan kemampuan merencanakan dan mengelola proses
belajar mengajar yang kondusif bagi perkembangan peserta didik yang mengadakan
perbaikan secara berkesinambungan dengan merefleksi diri terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan. Sebagai orang yang beriman kepada Allah SWT. dan memeluk
Agama Islam seharusnyalah dapat mengetahui isi Kitab Al Qur’an dengan cara
mempelajari/membaca kitab tersebut, karena membaca Al Qur’an merupakan perintah
Allah SWT. sebagaimana tersurat dalam firman Allah Surat Al ’Alaq ayat 1 s/d 5
:
Artinya : Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmu yang paling pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan qalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya (Al Qur’an dan Terjemahan, 1984:1077).
Rasulullah
Muhammad SAW pernah bersabda :
خَيْرُكُمْ
مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ (رواه لبخارى)
Artinya : Sebaik-baik
kamu adalah yang mau belajar membaca Al Qur’an dan mengajarkannya (HR.
Bukhori), (Salim Bahreisy, 1986:123).
Membaca
Al Qur’an bagi umat Islam merupakan ibadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu
keterampilan membaca Al Qur’an perlu diberikan kepada anak sejak dini mungkin,
sehingga nantinya diharapkan setelah dewasa dapat membaca, memahami dan
mengamalkan Al Qur’an dengan baik dan benar.
Pemberian
pelajaran Al Qur’an sebaiknya melalui tri pusat pendidikan yaitu : keluarga,
sekolah dan masyarakat, dimana yang paling dominan dan waktunya banyak adalah
di dalam keluarga. Oleh karena itu yang paling menentukan berhasil/tidaknya
anak dapat membaca Al Qur’an adalah pendidikan informal di tengah keluarga.
Di sekolah
perlu adanya pelajaran Al Qur’an, hanya saja waktu dan sarananya terbatasi,
materi yang diberikan kepada siswa terbatas, jam pelajaran yang terbatas dalam
kurikulum juga terbatas (hanya 2 jam pelajaran per minggu), disamping itu PAI
tidak termasuk pelajaran yang di-EBTANAS-kan, sehingga siswa kurang mendapat
pelajaran dengan maksimal serta kurang perhatiannya. Supaya siswa dapat
membaca, memahami Al Qur’an dengan baik dan benar maka diadakan tambahan
pelajaran Al Qur’an dengan metode KARIMAH. Pendidikan dalam masyarakat juga
penting, karena anak lebih banyak bergaul dengan masyarakat yang dapat
mempengaruhi sifat, watak dan perilakunya sehari-hari. Karena pentingnya
pengetahuan tentang Al Qur’an, maka penulis berusaha mengangkat masalah ini menjadi
obyek pembahasan penelitian dengan usaha penambahan pelajaran Al Qur’an di
sekolah.
Mengacu
pada pemikiran dan realita yang ada, peneliti tertarik untuk memberikan
tindakan yang membuat siswa dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
Dorongan untuk membantu memecahkan masalah ini timbul karena melihat sendiri
keadaan siswa kelas 7 D SMP Negeri I Ngemplak Boyolali. Harapannya selesai
penelitian ini siswa dapat membaca ayat Al Qur’an dengan baik dan benar.
B. Identifikasi Masalah
Dari
latar belakang masalah di atas permasalahan yang ada dapat di-identifikasikan
sebagai berikut:
1.
Masih banyak siswa yang belum dapat membaca Al Qur’an
dengan baik dan benar.
2.
Ketidakmampuan membaca Al Qur’an dengan baik dan benar
disebabkan karena kurang banyak latihan.
3.
Melalui metode karimah dapat meningkatkan kemampuan
membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan
berbagai permasalahan tersebut di atas, perlu adanya pembatasan masalah sebagai
berikut :
1.
Untuk meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an dengan
baik dan benar diperlukan metode karimah
2.
Metode pengajaran yang dipilih untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an dengan baik dan benar yaitu dengan
metode Karimah, drill dan demonstrasi.
Berdasarkan
pembatasan masalah tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut :
“ Apakah dengan menggunakan metode karimah dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an dengan baik dan benar?”
D. Tujuan Penelitian
Bertolak
dari rumusan masalah di atas maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an dengan baik dan benar
melalui tambahan pelajaran Al Qur’an.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Secara
praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru Pendidikan Agama Islam
dalam meningkatkan proses belajar mengajarnya terutama dalam meningkatkan
kemampuan siswa membaca dan memahami Al Qur’an, di samping itu juga bermanfaat
bagi siswa itu sendiri sehingga dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar
serta dapat meningkatkan amal ibadah kepada Allah SWT, hasil penelitian ini
juga bermanfaat bagi sekolah yang mengalami permasalahan yang hampir sama dan
sejenis, sebagai batu pijakan dan per-bandingan untuk perbaikan proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Pengertian Al Qur’an
Al Qur’an
adalah dasar dan pedoman hidup bagi umat Islam yang perlu dipelajari dan
dimengerti serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, karena di dalamnya
memuat berbagai aturan dan tatanan hidup manusia di dunia sampai di akherat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berisi firman-firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan malaikat Jibril untuk
dibaca, difahami dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat
manusia (Depdikbud, 1993:28).
Dalam
mengartikan kata Al Qur’an sedikitnya ada dua golongan yang berbeda pendapat
yaitu :
a.
Golongan pertama yang diwakili antara lain oleh Al
Lihyani ber-pendapat bahwa Al Qur’an adalah bentuk masdar mahfudz mengikuti
wazan Al Ghufran dan ia merupakan mustaq dari kata Qaraa yang mempunyai arti
sama dengan tala. Al Qur’an bisa juga disebut Al Muq’ru yang merupakan sebutan
bagi obyek dalam bentuk masdarnya.
b.
Golongan kedua yang diwakili antara lain oleh Az Zujaj
berpendapat bahwa Al Qur’an diidentikkan dengan wazan Fu’lan yang merupakan
musytaq dari lafal Al Qar’u yang mempunyai arti al jam’u. Ibnu Atsir juga
berpendapat bahwa disebut Al Qur’an karena di dalamnya memuat kumpulan
kisah-kisah. Amar ma’ruf nahi munkar, perjanjian, ancaman, ayat-ayat dan
surat-surat lafal Al Qur’an adalah bentuk masdar seperti kata Ghufran dan
Khufran (Atsir, IV, tt : 30). Dari beberapa pendapat tersebut mereka sepakat
bahwa Al Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, bagi yang membaca-nya merupakan ibadah dan mendapat pahala (Fahd Bin
Abdurrahman Ar Rumi, terjemahan 1996:41).
2.
Nama-nama Al Qur’an
Al Qur’an
mempunyai banyak nama antara lain :
a.
Al Furqan artinya pembeda. Maksudnya bahwa Al Qur’an
itu dapat membedakan antara yang hak dan yang batil seperti firman Allah dalam surat Al Furqan ayat 1
(satu) yang artinya : “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqan (Al
Qur’an kepada hambanya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”
(QS. Al Furqan : 1).
b.
Al Kitab artinya kitab Allah. Maksudnya wahyu dari
Allah sebagaimana Firman Allah yang artinya : “Kitab ini tidak ada keraguan di
dalamnya, menjadi petunjuk bagi orang yang bertaqwa” (QS. Al Baqoroh : 2).
c.
Ad Dzikru artinya peringatan. Maksudnya bahwa Al Qur’an
menjadi peringatan bagi semua manusia atas segala tindakannya yang tidak benar.
Sebagaimana firman Allah yang artinya “Dan Aku (Allah) telah menurunkan Adz
Dzikir (Al Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan kepada manusia apa-apa yang telah
Aku turunkan kepada mereka” (QS. An Nahl : 44).
3.
Al Qur’an Sebagai Pedoman Hidup
Al Qur’an
disamping sebagai Ilmu dan Mu’jizat terbesar Nabi Muhammad SAW juga sebagai
pedoman hidup manusia sepanjang masa, di dunia sampai di akherat. Ajaran Al
Qur’an selalu sesuai dengan kepen-tingan dan kebutuhan hidup dan kehidupan
manusia, oleh karena itu manusia disuruh mengikuti Al Qur’an. Sebagaimana dalam
firmanNya dalam surat
Al An’am : 155, yang artinya : “Dan inilah sebuah kitab yang Kami (Allah)
turunkan yang diberkati, maka dari itu ikutilah dan bertaqwa-lah kamu (kepada
Allah) supaya kamu diberi rahmat (QS. Al An’am : 155).
Dalam surat lain Allah juga
berfirman yang artinya : “Tidaklah cukup bagi mereka, sesungguhnya yang
demikian itu menjadi rahmat dan peringatan bagi orang-orang yang beriman (QS.
Al An Kabut : 51). Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa barang
siapa mengikuti Al Qur’an maka mereka akan diberi rahmat dan peringatan dari
Allah SWT. Mengikuti Al Qur’an berarti menjadikan Al Qur’an sebagai pegangan
dan pedoman hidup, karena memang di dalam Al Qur’an memuat berbagai aturan
tentang kehidupan manusia di dunia hingga akherat. Barang siapa mengikuti Al
Qur’an maka hidupnya akan selamat dan sejahtera di dunia dan akherat kelak.
Bahkan istri Rasulullah WAW, Siti Aisyah ketika ditanya sahabatnya tentang
akhlak Rasulullah, beliau menjawab bahwa akhlak Rasulullah adalah Al Qur’an.
Rasulullan
sendiri pernah bersabda yang artinya : “Telah kutinggalkan bagimu dua perkara
yang tak akan tersesat jika kamu berpegang pada keduanya yaitu Kitab Allah (Al
Qur’an) dan Sunnah RasulNya (HR. Ibn. Abdul Barri). (Moh. Rifa’i, 1980 : 183).
4.
Keutamaan Membaca Al Qur’an dan Cara Membacanya
Tentang
keutamaan dan kelebihan membaca Al Qur’an, Rasulullah telah menyatakan dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yang maksudnya
demikian : “Perumpamaan orang mu’min yang membaca Al Qur’an, adalah seperti
bunga utrujjah, baunya harum dan rasanya lezat; orang mu’min yang tak suka
membaca Al Qur’an, adalah seperti buah korma, baunya tidak begitu harum, tapi
manis rasanya; orang munafiq yang membaca Al Qur’an ibarat sekuntum bunga,
berbau harum, tetapi pahit rasanya; dan orang munafiq yang tidak membaca Al
Qur’an, tak ubahnya seperti buah hanzalah, tidak berbau dan rasanya pahit
sekali.”
Dalam
sebuah hadits, Rasulullah juga menerangkan bagaimana besar-nya rahmat Allah
terhadap orang-orang yang membaca Al Qur’an di rumah-rumah peribadatan (masjid,
surau, mushalla dan lain-lain). Hal ini dikuat-kan oleh sebuah hadits yang
masyhur lagi shahih yang berbunyi sebagai berikut : “Kepada kaum yang suka
berjemaah di rumah-rumah peribadatan, membaca Al Qur’an secara bergiliran dan
ajar-mengajarkannya terhadap sesamanya, akan turunlah kepadanya ketenangan dan
ketenteraman, akan terlimpah kepadanya rahmat dan mereka akan dijaga oleh
malaikat, juga Allah akan selalu mengingat mereka” diriwayatkan oleh Muslim
dari Abu Hurairah). (Depag RI, 1984:122).
Dengan
hadits di atas nyatalah, bahwa membaca Al Qur’an, baik mengetahui artinya ataupun
tdiak, adalah termasuk ibadah, amal shaleh dan memberi rahmat serta manfaat
bagi yang melakukannya; memberi cahaya ke dalam hati yang membacanya sehingga
terang benderang, juga memberi cahaya kepada keluarga rumah tangga tempat Al
Qur’an itu dibaca. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari
Anas r.a., Rasullullah bersabda: “Hendaklah kamu beri nur (cahaya) rumah
tanggamu dengan sembahyang dan dengan membaca Al Qur’an” (Depag RI, 1984: 122).
Al Qur’an
sebagai Kitab Suci, wahyu Ilahi, mempunyai adab-adab tersendiri bagi
orang-orang yang membacanya. Adab-adab itu sudah diatur dengan sangat baik,
untuk penghormatan dan keagungan Al Qur’an, tiap-tiap orang harus berpedoman
kepadanya dalam mengerjakannya.
Di antara
adab-adab membaca Al Qur’an, yang terpenting ialah :
1.
Disunatkan membaca Al Qur’an sesudah berwudhu, dalam
keadaan bersih, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah. Kemudian mengambil Al
Qur’an hendaknya dengant angan kanan; sebaiknya memegangnya dengan kedua belah
tangan.
2.
Disunatkah membaca Al Qur’an di tempat yang bersih,
seperti : di rumah, di surau, di mushalla dan di tempat-tempat lain yang
dianggap bersih. Tapi yang paling utama ialah di masjid.
3.
Disunatkan membaca Al Qur’an menghadap ke qiblat,
membacanya dengan khusyu’ dan tenang; sebaiknya dengan berpakaian yang pantas.
4.
Ketika membaca Al Qur’an, mulut hendaknya bersih, tidak
berisi makanan, sebaiknya sebelum membaca Al Qur’an mulut dan gigi dibersihkan
lebih dahulu.
5.
Sebelum membaca Al Qur’an, disunatkan membaca
ta’awwudz, yang berbunyi : a’udzubillahi minasy syaithanirrajim. Sesudah
itu barulah dibaca Bismillahirrahmanir rahim. Maksudnya, diminta lebih
dahulu perlindungan Allah, supaya terjauh dari pengaruh tipu-daya syaitan,
sehingga hati dan fikiran tetap tenang di waktu membaca Al Qur’an, terjauh dari
gangguan-gangguan.
6.
Disunatkan membaca Al Qur’an dengan tartil, yaitu
dengan bacaan yang pelan-pelan dan tenang.
7.
Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud
ayat-ayat Al Qur’an, disunatkan membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran
tentang ayat-ayat yang dibacanya itu dan maksudnya.
8.
Dalam membaca Al Qur’an itu, hendaklah benar-benar
diresapkan arti dan maksudnya.
9.
disunatkan membaca Al Qur’an dengan suara yang bagus
lagi merdu, sebab suara yang bagus dan merdu itu menambah keindahan uslubnya Al
Qur’an.
10. Sedapat-dapatnya
membaca Al Qur’an janganlah diputuskan hanya karena hendak berbicara dengan
orang lain. Hendaknya pembacaan diteruskan sampai ke batas yang telah
ditentukan, barulah disudahi. Juga dilarang tertawa-tawa, bermain-main dan
lain-lain yang semacam itu, ketika sedang membaca Al Qur’an. Sebab pekerjaan
yang seperti itu tidak layak dilakukan sewaktu membaca Kitab Suci dan berarti
tidak menghormati kesuciannya. (Depag RI, 1984:125-128).
5.
Metode Membaca Al Qur’an
a.
Macam-macam Metode Membaca Al Qur’an
Metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar
disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Kemampuan untuk memilih dan
menetapkan suatu metode harus memiliki guru semenjak awal sehingga tidak salah
dalam penggunaan metode tersebut. Pilihan suatu metode sangat bergantung pada :
1)
Tujuan yang ingin dicapai pada proses belajar mengajar.
2)
Siswa yang belajar, mengenai kemampuan dan latar
belakangnya.
3)
Guru yang mengajar, mengenai kemampuan dan latar
belakangnya.
4)
Keadaan proses belajar mengajar.
5)
Alat dan sarana yang tersedia. (Depag RI, 1994:85).
Dalam
penggunaan metode mengajar baca tulis Al Qur’an Mahmud Yunus mengemukakan 4
(empat) metode yaitu :
1)
Metode abjad yaitu mengajarkan huruf Al Qur’an dari
nama-nama huruf, kata perkata kemudian kalimat.
2)
Metode suara yaitu ada kesamaan dengan metode abjad
tetapi huruf diajarkan menurut bunyi.
3)
Metode kata-kata yaitu memperhatikan kata-kata yang
dibacakan guru kemudian menirukannya.
4)
Metode kalimat yaitu dimulai dari kalimat, kemudian
kata kemudian huruf. (Mahmud Yunus, 1981 : 6-20).
Sedangkan As’ad Humam berpendapat bahwa (1994:30)
“Dengan metode iqro’ metode ini mengandung/mempunyai 10 (sepuluh) sifat yaitu :
Bacaan langsung, CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), Privat/ Klasikal, Modul,
Praktis, Asistensi, Sistematis, Variatif, Komunikatif, Fleksibel.”
b.
Tingkat-tingkat Membaca Al Qur’an
Membaca Al
Qur’an adalah kewajiban setiap umat Islam dan barang siapa yang membacanya
merupakan amal ibadah yang akan mendapat pahala dari Allah SWT., maka belajar
membaca Al Qur’an hendaklah dimulai dari semenjak kecil, sebaiknya dari
semenjak usia 5 atau 6 tahun (Depag RI, 1984:128).
Sedangkan
Rasulullah SAW bersabda : Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang mau belajar Al
Qur’an dan mengajarkannya (Salim Bahreusyi, 1986:123).
Membaca
huruf-huruf Al Qur’an berarti mengenal dan memahami serta melafalkan jumlah
huruf-huruf dalam Al Qur’an sebanyak 29 buah (Muhammad Anwar, 1988:5).
Adapun
tingkat kemahiran membaca Al Qur’an secara sederhana dibagi menjadi beberapa
tingkat yaitu :
1.
Tingkat dasar yaitu dapat membaca Al Qur’an secara
sederhana (belum terikat oleh tajwid dan lagu).
2.
Tingkat menengah yaitu dapat membaca Al Qur’an dengan
mengikuti tanda baca dan cara lain sesuai dengan tajwid.
3.
Tingkat maju yaitu dapat membaca Al Qur’an dengan
bacaan dan lagu yang baik sesuai dengan bentuk-bentuk lagu.
4.
Tingkat mahir yaitu dapat membaca Al Qur’an dalam
berbagai cara (qiraat) (Depag RI, 1993:1).
B. Kajian Hasil Penelitian
Kemampuan membaca Al Qur’an dapat meningkat apabila ada
kemauan untuk belajar efektif dan kreatif disamping adanya guru yang mampu
mem-bimbingnya. Supaya transformasi pengetahuan dapat sampai kepada pikiran
siswa memerlukan dua hal penting yaitu : adanya kemampuan pengajar, adanya
kesiapan siswa.
Proses
Belajar Mengajar (PMB) tidak akan berhasil apabila pengajar tidak mempunyai
kemampuan mengungkapkannya dengan benar dan hati murid tidak siap menyambut
dengan terbuka pintunya guna memasukkan materi ilmu tersebut, sedang terbukanya
pikiran siswa adalah proses kerjasama antara guru dan murid (Fahd bin
Abdurrahman ar Rumi, 1996:194).
Kemampuan
pengucapan Al Qur’an harus dimulai dari mengenal membaca, memahami dan melafadzkan jumlah huruf
dalam Al Qur’an (Muhammad Anwar, 1988:5). Untuk dapat memahami dan melafadzkan
Al Qur’an dengan baik dan benar perlu proses pembelajaran yang efektif dan
memerlukan kesadaran, praktek, pengalaman dan latihan bukan karena secara
kebetulan (Nana Sudjana, 1990:5).
Supaya
siswa dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar harus dimulai semenjak
kecil dengan mengenalkan dan melafadzkan huruf Al Qur’an secara rutin dan
efektif. Sebab apabila tidak dimulai semenjak kecil dan sedini mungkin setelah
besar akan sulit melafadzkan huruf Al Qur’an secara benar, karena pengucapan
dan melafadzkan Al Qur’an. Reliata menunjukkan bahwa siswa kelas 7 D SMP Negeri
1 Ngemplak Boyolali masih banyak yang belum dapat membaca Al Qur’an dengan baik
dan benar, yang disebabkan kurangnya proses pembelajaran dan latihan pengucapan
huruf Al Qur’an. Walaupun seusia mereka masih dapat dibimbing dan dilatih
membaca Al Qur’an tetapi dengan syarat adanya kemauan belajar yang kuat dan
latihan yang efektif.
Al
Qur’an diturunkan ke dunia ini memang harus dipahami sebagaimana perintah Allah
SWT yang artinya : Sesungguhnya Kami menurunkan Al Qur’an dengan bahasa arab
agar kamu memahaminya (QS. Yusuf : 20).
Berdasarkan
teori dan realita di atas maka dapatlah digambarkan kerangka berpikir sebagai
berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Dalam
hal ini guru perlu menyusun rancangan pengajaran yang dapat berbentuk SP
(Satuan Pelajaran) atau semacamnya yang memungkinkan terciptanya interaksi
belajar mengajar dan melatihkan anak untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mempelajari Al Qur’an.
Di dalam
Kurikulum PAI (Pendidikan Agama Islam) tahun 1994 disebutkan bahwa tujuan
Pendidikan Agama Islam adalah : Meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan
dan pengamalan siswa tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Depag RI, 1993/1994:1).
Untuk
mencapai tujuan tersebut khususnya dalam membaca Al Qur’an disebutkan bahwa
setelah siswa lulus SMP diharapkan mampu membaca Al Qur’an dan menulisnya
dengan benar serta berusaha memahaminya (Depag RI, 1993/1994:4). Namun demikian
2 jam pelajaran yang disediakan dalam kurikulum untuk mata pelajaran PAI
(Pelajaran Agama Islam) dirasa tidak cukup untuk mencapai tujuan tersebut, maka
perlu diadakan tambahan jam pelajaran, supaya tujuan tersebut tercapai.
Guna
menjawab permasalahan di atas, maka profesionalitas guru dalam upaya
peningkatan kemampuan siswa membaca Al Qur’an perlu ditingkatkan.
Profesionalisme perlu dibahas karena berkaitan dengan upaya guru untuk
memperbaiki metode pembelajarannya, sehingga mencapai hasil belajar yang
optimal. Sedangkan usaha meningkatkan kemampuan siswa juga perlu dibahas,
karena erat kaitannya dengan usaha guru untuk meningkatkan profesionalisme
perbaikan pembelajaran, penyusunan perencanaan pengajaran dengan peng-optimalan
penggunaan metode karimah serta pemberian motivasi.
Guru
adalah jabatan profesional, dimana menuntut penguasaan wawasan yang mendasari
ketrampilannya yang menyangkut filosofis, pertimbangan rasional dan memiliki
sikap positif dalam melaksanakan memperkembangkan mutu karyanya (T. Raka Joni,
1980:6). Disamping itu profesional memiliki makna adil (ekspert),
tanggung jawab (responsibility) dan memiliki rasa kesejawatan (Piet A.
Sahertian, 1994:30). Dengan demikian seorang guru haruslah ahli dalam bidang
yang diajarkannya dan ahli dalam mendidik, memiliki rasa tanggung jawab
terhadap dirinya, murid, orang tua, masyarakat, bangsa dan negara, sesama
manusia dan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki rasa kesejawatan
dengan menjunjung tinggi korps dan meningkatkan citra guru.
Peningkatan
profesionalisme guru adalah upaya atau kegiatan yang dilakukan guru untuk
mencapai tingkat profesi yang optimal. Mereka yang sudah menjadi guru masih
terus membutuhkan pembinaan dan pengembangan profesi. Pertumbuhan jabatan
dikaitkan dengan peningkatan proses belajar mengajar. Dalam mengembangkan dan
meningkatkan diri guru mengikuti penataran-penataran, pelatihan, lokakarya,
mengikuti pendidikan lagi, membaca atau belajar sendiri. Peningkatan
profesionalisme guru dapat tumbuh dari segi eksternal yaitu pimpinan mendorong
guru untuk mengikuti penataran atau kegiatan akademik, dan dari segi internal,
dimana guru belajar sendiri untuk bertumbuh dalam jabatannya (Haris dan Oliva,
1981:350). Jika guru tidak menambah pengetahuannya yang baru maka ibarat
tanaman, guru itu menjadi gersang. Kepekaan guru terhadap masalah-masalah yang
dihadapi di kelasnya dan cepat bertindak merupakan cerminan guru yang
profesional.
Perbaikan
pembelajaran melalui refleksi diri terhadap pembelajaran yang telah dilakukan
dan peningkatan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah kelas merupakan
peningkatan profesionalisme. Guru tidak hanya sekedar menyajikan bahan-bahan
pelajaran untuk dihafal dan kemudian diukur tingkat penguasaannya, tetapi lebih
dari itu, guru harus merencanakan, mengelola, memimpin dan menilai proses
belajar dalam berbagai bidang pelajaran untuk tumbuhnya berbagai sikap,
kemampuan dan keterampilan pada berbagai bidang kehidupan (Soedijarto,
1992:83).
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Objek Tindakan
Yang menjadi objek tindakan dalam
penelitian ini adalah usaha peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an melalui
tambahan pelajaran Al Qur’an. Adapun penelitian ini dilakukan melalui siklus
yang berdaur ulang dan berkelanjutan, serta direncanakan dengan melaksanakan
tiga siklus. Setiap siklus dengan tiga tindakan yaitu penanaman konsep membaca
melalui huruf hijaiyah yang dirangkaikan dalam bentuk bunyi kalimat/kata dengan
latihan bersuara/ pengucapan huruf-huruf tersebut, penciptaan kondisi dan
pemberian kesempatan untuk membaca ayat Al Qur’an yang dilakukan dengan wujud
pengembangan belajar kreatif dan pengoptimalan penggunaan metode iqro’, drill,
dan demonstrasi. Setiap siklus meliputi tahapan observasi dan perencanaan
tindakan, implementasi tindakan dan monitoring penelitian, refleksi hasil
penelitian dan pengembangan.
B. Subjek Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilakukan di kelas VII D,
SMP Negeri 1 Ngemplak tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 40 siswa
terdiri dari 20 siswa putri dan 20 siswa putra. Aktor utamanya adalah guru
Pendidikan Agama Islam kelas VII D.
C.
Metode
Pengumpulan Data
Di
dalam penelitian untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian masalah yang
ilmiah banyak cara yang ditempuh, dengan tujuan agar data yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan. Adapun metode-metode dalam pe-nelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.
Metode Dokumentasi.
2.
Metode Angket.
3.
Metode Interview.
4.
Metode Observasi.
Untuk
lebih jelasnya maka di bawah ini akan penulis uraikan satu persatu sebagai
berikut :
1.
Metode Dokumentasi.
“Dokumentasi
dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis” (Suharsimi
Arikunto, 1993:89).
Di
dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki terutama berupa
arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku yang berkaitan dengan masalah
penelitian ini. Adapun yang penulis maksud dalam dokumen ini adalah daftar
siswa.
2.
Metode Angket.
Yang
dimaksud Angket adalah : “suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab atau
dikerjakan oleh orang yang menjadi sasaran angket” (Bimo Walgito, 1985:16).
Di
dalam penulisan angket ini penulis pergunakan dengan angket tertutup dan
diberikan tidak langsung pada subyek, akan tetapi melalui guru Pendidikan Agama
Islam yang penulis selidiki.
Di dalam penelitian ini dipakai metode angket sebagai
metode utama dalam pengumpulan data, dimana data tersebut adalah mengenai usaha
guru dalam meningkatkan kemampuan siswa membaca Al Qur’an melalui tambahan
pelajaran Al Qur’an.
3.
Metode Interview.
“Metode
interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula” (Hadari Nawawi,
1987:27).
Adapun
jenis interview yang penulis pergunakan adalah “Interview bebas terpimpin.”
Dalam hal ini penulis bukan saja sebagai pengumpul data melalui tanya jawab,
tetapi metode ini hanya sebagai metode bantu dari pada metode angket yang
penulis pergunakan sebagai metode pokok. Dari interview ini penulis dapat
mengetahui lebih jelas tentang bagaimana usaha peningkatan kemampuan membaca Al
Qur’an melalui tambahan pelajaran Al Qur’an.
4.
Metode Observasi.
Metode
observasi ini adalah “Suatu metode atau cara untuk me-ngumpulkan data yang
diinginkan dengan pengamatan secara langsung” (Abu Ahmadi, 1976:91).
Dengan metode
ini dimaksudkan penulis dapat mengetahui secara jelas dari subyek penelitian,
maka secara langsung peneliti (penulis) dapat mengamati hal yang ada
hubungannya dengan masalah yang penulis jadikan alat bantu utama dalam kebenaran
data.
Adapun jenis teknik observasi adalah sebagai berikut :
a.
Observasi patisipan – non partisipan.
b.
Observasi sistematis – non sistematis.
c.
Observasi eksperimental – non eksperimental.
ad.a. Observasi
partisipan – non partisipan
Suatu observasi disebut partisipan
jika orang yang mengadakan observasi turut ambil bagian dalam perikehidupan
orang atau orang-orang yang diobservasi. Kata partisipan mempunyai arti yang
penuh jika observer betul-betul turut berpartisipasi, bukan hanya pura-pura
semata. Jika unsur partisipasi sama sekali tidak terdapat di dalamnya,
observasi itu disebut non partisipan observation.
ad.b. Observasi
sistematis – non sistematis.
Isi
dan luas yang akan diobservasi dalam observasi sistematik umumnya lebih
terbatas. Persoalan-persoalan sudah dirumuskan secara teliti pula.
Jenis-jenis
gejala atau tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan.
ad.c. Observasi
eksperimental – non eksperimental.
Dalam observasi eksperimental, bahwa
observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk
semua observer. Oleh karena itu observasi eksperimental dipandang orang sebagai
cara penyelidikan yang relatif murni untuk menyelidiki pengaruh kondisi-kondisi
tertentu terhadap tingkah laku manusia.
Adapun jenis observasi yang penulis
pergunakan adalah “Teknik observasi sistematik karena dalam hal ini metode
observasi penulis pergunakan sebagai metode bantu, yang sekaligus akan
memberikan kemungkinan dalam penulis mencari data, sampai sejauh mana tentang
usaha peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an melalui tambahan pelajaran Al
Qur’an.
D. Metode Analisis Data
Setelah penulis mendapatkan data-data
selanjutnya dianalisa dengan analisa Diskriptif Prosentase dengan menggunakan
rumus :
Prosentasi = x 100%
Keterangan :
f = Fekwensi/alternatif jawaban.
N = Jumlah populasi.
E. Cara Pengambilan Kesimpulan
Pengambilan
kesimpulan dilakukan dengan cara menggunakan analisis deskriptif prosentase
yaitu dengan membandingkan siklus sebelumnya dengan siklus berikutnya dari
siklus I tindakan 1 sampai dengan siklus IV tindakan 3. Hasil analisis tersebut
digunakan untuk mengambil kesimpulan ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa
dalam membaca Al Qur’an melalui tambahan pelajaran Al-Qur’an.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN
A. Gambaran Selintas tentang Setting
Setting yang dipakai dalam penelitian
dengan model proses, dalam satu model ditetapkan dengan tiga proses penelitian
atau siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari tiga tindakan. Tindakan
pertama adalah penanaman pengetahuan mempelajari Al Qur’an melalui koinsep,
prinsip, teknik iqro’ dan sebagainya. Tindakan ketiga adalah memberi motivasi
dan tugas membaca dan menulis Al Qur’an. Dalam setiap siklus terdapat empat
tahapan yaitu : melaksanakan tindakan, memantau proses belajar mengajar,
mengevaluasi hasil pemantauan, dan mengadakan refleksi, meneliti kembali
tindakan yang telah dilakukan. Semua ini terus dilakukan berdaur ulang. Sebelum
melangkah ke siklus selanjutnya perlu memperhatikan dan mengacu pada keberhasilan
siklus sebelumnya dan berikutnya. Setiap tindakan dalam suatu siklus, dapat
meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an dan penambahan frekuensi dibandingkan
dengan siklus sebelumnya.
B. Uraian Penelitian Secara Keseluruhan
Kegiatan penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan mulai tanggal 2 September 2003 dengan diawali kegiatan observasi
sebagai penjajagan untuk memperoleh informasi dan gambaran terhadap
permasalahan serta tindakan yang telah dilakukan oleh guru kemudian dilanjutkan
dengan membahas hasil-hasil observasi, merencanakan dan menetapkan tindakan.
Rancangan penelitian ini menggunakan
model proses. Proses penelitian putaran I atau siklus I dilaksanakan pada
tanggal 21 s/d 26 Juli 2008, siklus II dilaksanakan pada tanggal 4 s/d 9
Agustus 2008, siklus III dilaksanakan pada tanggal 19 s/d 23 Agustus 2008 dan
siklus IV dilaksanakan pada tanggal 1 s/d 6 September 2008.
Dan penelitian ini dilaksanakan di
luar jam pelajaran formal yaitu 2 kali seminggu pada setiap hari Rabu mulai jam 12.00 WIB s/d 13.30. WIB dan hari
Jumat 13.30 WIB s.d. 15.00 WIB. Adapun
rencana tindakan guru, kepala sekolah dan peneliti dalam setiap siklus sebagai
berikut :
Tabel 1. Rencana Tindakan
Tindakan
Guru
|
Tindakan
Siswa
|
Tindakan
Penelitian
|
Siklus I
1.
Melaksanakan tindakan
a. Menanamkan
pengetahu-an tentang pentingnya mempelajari Al Qur’an (konsep, prinsip,
teknik/ iqro’, dsb.) dilaksanakan pada minggu I.
b. Menerapkan
pembelajaran dengan mengoptimalkan penggunaan metode Karimah dan menerapkan
belajar kreatif tingkat I mengguna
c. Memberi
motivasi dan tugas membaca/menulis Al Qur’an.
2.
Memantau proses belajar mengajar. Sambil
mengajar mengamati tindakannya dan mencatat peristiwa yang di-anggap penting
untuk me-ngetahui tingkat perubahan terhadap tindakan yang dilakukan.
|
Memahami dan mulai merespon tentang
pentingnya membaca Al Qur’an dan makna-nya.
Berlatih membaca dan memahami Al Qur’an.
Termotivasi untuk membaca/menulis Al
Qur’an.
|
Mengamati dengan menggunakan lembar
pengamatan tentang pentingnya mempe-lajari Al Qur’an.
Mengamati dan men-catat kemampuan siswa
membaca Al Qur’an.
Mengamati dan men-catat tindakan/reaksi
siswa.
Memantau perilaku guru dan murid untuk
mengetahui tingkat ke-tercapaiannya tujuan, dampaknya dan efekti-fitas
perbaikan pembe-lajaran.
|
3.
Mengevaluasi hasil peman-tauan. Mengolah data yang
dapat direkam dan memakai-nya serta menentukan keber-hasilan dan pencapaian
tujuan tindakan ataupun hasil sampingan dari pelaksanaan tindakan.
4.
Mengadakan refleksi I. Meneliti kembali tindakan yang
telah dilakukan.
|
|
Mengolah data dan memaknainya serta menentukan tingkat
keberhasilan tindakan.
Membantu guru untuk merefleksikan diri me-ngenai tindakan
kelas yang telah dilakukan.
|
Siklus II
1.
Merumuskan tindakan baru. Berdasarkan temuan pada
tahap evaluasi tentang bentuk perubahan yang perlu ditindaklanjuti, menyusun
rancangan tidnakan.
2.
Melaksanakan tindakan. Mengulang tindakan pada siklus
I dan memberi pe-nekanan pada pengoptimalan penggunaan emtode Karimah dan
drill serta penerapan belajar kreatif.
|
Lebih baik bacaannya dan tulisannya serta mencoba untuk
mengembangkan imajinasinya.
|
Bersama-sama meran-cang tindakan baru berdasar hasil
evaluasi tentang perubahan yang perlu ditindaklanjuti.
Mengamati dan men-catat tindakan guru dan tanggapan murid.
|
3.
Mengawasi hasil pemantauan
a.
Mengolah data sebelum dan setelah tindakan.
b.
Membandingkan perubahan setelah dan sebelum tindakan.
c.
Menemukan bentuk-bentuk perubahan yang perlu
ditindaklanjuti.
d.
Mengadakan refleksi II. Meninjau kembali tentang apa
yang telah dilakukan.
|
|
Mengolah data dan me-maknainya, menentu-kan tingkat
perubahan tindakan.
Membantu guru untuk merefleksikan diri.
|
Siklus III
1.
Merumuskan tindakan baru. Merencanakan mengulang
tindakan pada siklus II dan mempertajam penerapan belajar kreatif.
2.
Melaksanakan tindakan.
3.
Mengevaluasi hasil tindakan.
4.
Mengadakan refleksi.
|
Baik bacaan, tulisan dan pemahamannya
tentang Al Qur’an.
|
Memberikan pertim-bangan tindakan yang
perlu dipertajam dan kemungkinan tindakan baru.
Mengamati dan men-catat hal-hal yang
terjadi.
Mengolah dan memak-nai data.
Membantu guru untuk merefleksi dan memacu
guru untuk selalu merefleksi diri setiap melakukan proses belajar dan
mengajar.
|
Adapun
kegiatan dan pengamatan yang dilakukan peneliti dalam setiap siklus adalah
sebagai berikut :
a.
Kegiatan Guru : Guru kelas III sebagai aktor utama
dalam penelitian tindakan kelas ini melakukan serangkaian tindakan yaitu
menanamkan pentingnya membaca Al Qur’an dan memahami maknanya dengan meminta
siswa untuk belajar membaca Al Qur’an di rumah.
Guru
memberikan stimulus bahwa orang yang membaca Al Qur’an akan mendapat pahala
dari Allah SWT dan masuk surga. Disamping itu guru menyiapkan rencana
pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu membayar ayat Al Qur’an dengan
metode iqro’ dan belajar kreatif.
Pada
waktu melakukan tindakan, guru juga merekam apa yang telah dilaku-kan dan
reaksi siswa dengan menggunakan lembar pengamatan dan catatan-catatan kecil
tentang peristiwa yang terjadi. Pada waktu refleksi guru melihat kembali apa
yang telah dilakukan dengan bantuan peneliti yang lain dan hasil rekaman
tindakan yang telah dilakukan baik dengan catatan, lembar pengamatan atau
memutar kembali rekaman pita kaset dan bersama-sama dengan peneliti yang lain
berdiskusi dan menyusun rencana tindakan untuk siklus berikutnya.
b.
Kegiatan siswa : Siswa sebagai subyek yang dikenai
tindakan diharapkan tumbuh dan mampu membaca ayat Al Qur’an, mengikuti dan
mengadakan reaksi terhadap setiap tindakan guru. Siswa mempelajari Al Qur’an di
rumah kemudian menceritakan pengalamannya. Serta kesulitan yang dialami yang
nantinya dapat dicari jalan pemecahannya dan akhirnya mampu membaca Al Qur’an
dengan baik dan benar.
c.
Kegiatan peneliti yang lain: pada waktu guru memberikan
tindakan, peneliti yang lain secara bergantian (dua orang – dua orang)
melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan dan mencatat reaksi
siswa terhadap tindakan guru. Peneliti pada waktu kegiatan refleksi membantu
guru untuk merefleksi dengan memberi masukan atau cermin terhadap tindakan yang
telah dilakukan. Peneliti juga bersama dengan guru berdasar-kan hasil refleksi
menyusun rencana tindakan untuk siklus berikutnya.
d.
Kegiatan Kepala Sekolah : Memberikan pembinaan dan
masukan kepada guru dan peneliti yang lain dalam setiap tindakan, agar peneliti
yang lain dalam setiap tindakan, agar penelitian yang dilakukan sesuai dengan
sasaran yang diinginkan. Pemantauan yang dilakukan oleh peneliti pada saat guru
melakukan tindakan untuk setiap siklus dengan menggunakan lembar pengamatan dan
catatan untuk merekam reaksi siswa dan tindakan guru.
Lembar pengamatan digunakan untuk mengkafer frekuensi siswa
dalam membaca ayat Al Qur’an, sedangkan catatan dipergunakan untuk mencatat
reaksi siswa dan kesulitan yang muncul. Setiap siklus diakhiri dengan tahapan
refleksi. Peneliti terlibat dalam kegiatan pemaknaan dan pengem-bangan serta
membantu guru dalam kegiatan refleksi.
Data yang diperoleh dianalisis deskriptif prosentase dan
untuk menge-tahui perubahan peningkatan siswa dalam membaca Al Qur’an dilakukan
dengan membandingkan tindakan sebelumnya. Kemudian dibahas bersama dengan
harapan masing-masing akan dapat mengungkap tindakan yang dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mempelajari Al Qur’an. Dari hasil tersebut
ditindaklanjuti dengan upaya pengembangan pada tindakan-tindakan yang mungkin
dapat ditindaklanjuti dan dikembangkan.
Jika rencana tindakan berdasarkan pemaknaan dan pengembangan
tidak menghasilkan perubahan yang dapat menumbuhkan kemampuan siswa untuk
membaca Al Qur’an, maka rencana tindakan untuk siklus berikutnya perlu direvisi
dengan tindakan baru yang dapat menghasilkan perubahan yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca
dan mempelajari Al Qur’an dengan baik dan benar.
C. Penjelasan Per Siklus
1. Siklus I
Tindakan I. Guru menanamkan pentingnya
dapat membaca Al Qur’an akan mendapat pahala dari Allah SWT dan dapat masuk
surga.
Pada tindakan ini guru menuliskan QS.
Ad-Dhuha ayat 1 s.d. 11 di papan tulis,
kemudian membacakannya serta murid mendengarkan dengan seksama.
Tindakan II. Menyusun rencana
pembelajaran dan melaksanakannya dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menirukan ucapan guru tentang bacaan QS Ad-Dhuha ayat 1 s.d. 11 secara
bersama-sama dan satu persatu.
Tindakan III.
Memotivasi siswa baik secara verbal maupun nonverbal (senyuman, anggukan dan
kata bagus atau benar).
2. Siklus II
Tindakan I :
Menanamkan pentingnya membaca Al Qur’an dan menerang-kan arti serta maksud
bacaan QS. At Tiin ayat 1 s.d. 8 dan menugaskan siswa untuk mempelajari dan
mempersiapkan materi untuk pertemuan berikutnya.
Tindakan II.
Merencanakan pembelajaran dan melaksanakan dengan metode Karimah, drill dan
demonstrasi serta memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca QS. At Tiin
ayat 1 s.d. 8 satu persatu.
Tindakan III. Memberi
motivasi dengan memberi nilai kepada siswa yang telah selesai membaca QS. At
Tiin ayat 1 s.d. 8
3. Siklus III
Tindakan I.
Mengingatkan pentingnya membaca Al Qur’an dengan baik dan benar, menugaskan
kepada siswa untuk membaca dan mengartikan QS.Ash-Shof ayat 1 s.d. 10 serta
menerangkan bacaan yang mengandung tajwid.
Tindakan II.
Merancang dan melaksanakan pembelajaran membaca QS. Ash-Shof ayat 1 s.d. 10 dengan mengoptimalkan penggunaan metode
KARIMAH, drill dan demonstrasi. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
mendemons-trasikan bacaan Al Qur’an serta belajar kreatif (satuan pelajaran
kreatif, terlampir).
Tindakan III.
Pemberian motivasi dengan memberi pujian dan nilai kepada siswa yang telah
selesai membaca dan mengetahui artinya.
4. Siklus IV
Tindakan I.
Mengingatkan pentingnya membaca Al Qur’an dan meminta kepada siswa untuk
membaca materi pelajaran yang telah diberikan satu persatu.
Tindakan
II. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih membaca ayat Al Qur’an
dan merancang serta melaksanakan pembelajaran dengan sistem CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif), kemudian memberi nilai dan pujian kepada siswa yang telah selesai
membaca Al Qur’an.
Tindakan
III. Memberikan motivasi berupa pujian dan rangsangan agar siswa senang membaca
Al Qur’an, sehingga dapat dilaksanakan setiap saat dan setiap ada kesempatan,
sehingga membaca Al Qur’an merupakan bagian dari kebutuhan hidupnya.
D. Proses Menganalisis Data
Setelah
melaksanaakan dan menyelesaikan tindakan pada setiap siklus, tim peneliti
melakukan diskusi dan mengadakan refleksi. Peneliti dapat memberikan laporan
hasil pantauannya sehingga dapat direfleksi pembelajaran yang telah
dilakukannya. Dari hasil pantauan tersebut dapat dilihat frekuensi siswa dalam
membaca ayat Al Qur’an yang kemudian dapat dilakukan proses analisis data.
Tabel
2. Frekuensi Membaca Ayat Al Qur’an Siswa
Kelas 7 D SMP Negeri 1 Ngemplak Kabupaten Boyolali
Siklus
|
Tindakan
|
Membaca
|
||
Tidak dapat
|
Dapat
|
Dapat/faham
|
||
I
|
1
2
3
|
36
30
28
|
4
10
12
|
3
6
9
|
Rata-rata
|
-
|
31
|
8
|
6
|
II
|
1
2
3
|
26
22
19
|
14
18
21
|
12
16
18
|
Rata-rata
|
-
|
22
|
17
|
15
|
III
|
1
2
3
|
15
12
8
|
25
28
32
|
22
25
28
|
Rata-rata
|
-
|
11
|
21
|
25
|
IV
|
1
2
3
|
5
3
1
|
35
37
39
|
33
36
38
|
Rata-rata
|
-
|
3
|
37
|
39
|
Dari tabel 2 dapat dilihat hasil
tindakan pada setiap siklus. Pada siklus I dari 40 siswa ada 36 siswa yang
tidak dapat membaca ayat Al Qur’an, berarti ada 90%. Yang dapat membaca ayat Al
Qur’an ada 4 siswa berarti ada 10% dan yang sudah dapat membaca dan faham ayat
Al Qur’an ada 3 siswa berarti ada 7,5%.
Setelah diadakan diskusi dan guru
mengadakan refleksi terhadap tindakannya ditemukan bahwa siswa kurang latihan
membaca Al Qur’an di rumah. Materi membaca Al Qur’an yang diberikan di sekolah
sangat kurang, sehingga materi yang diterima siswa juga kurang sekali disamping
minat baca Al Qur’an siswa yang rendah. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi
tersebut disusun rencana pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk membaca dan memahami ayat Al Qur’an.
Pada siklus I tindakan ke 2, dari 40
siswa yang tidak dapat membaca ayat Al Qur’an menurun menjadi 30 siswa berarti
75 % atau turun 15%. Yang dapat dan faham membaca ayat Al Qur’an ada 6 siswa
berarti 15 % atau naik7,5 %. Penguasaan membaca siswa nampak ada kelebihan,
karena guru telah membacakan terlebih dahulu dan siswa menirukannya, kemudian
guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca bersama dan sendiri-sendiri.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi
tersebut, dirancang untuk tindakan berikutnya, tetap pada rancangan tindakan 1
dan 2 ditambah dengan pemberian motivasi (senyum, anggukan, dan kata
bagus/benar) pada setiap siswa yang telah selesai membaca ayat Al Qur’an. Untuk
tindakan ke 3 dari siklus I yang tidak dapat membaca ayat Al Qur’an menurun
lagi menjadi 28 siswa 70 % atau turun 5 %. Yang dapat membaca Al Qur’an ada 12
siswa (30 %) atau naik 5,93%, yang dapat dan faham membaca ayat Al Qur’an ada 9
siswa (22,5 %) berarti naik 5,19%.
Rata-rata siswa dalam membaca Al Qur’an
pada siklus I, yang tidak dapat membaca Al Qur’an adalah 31 siswa (77,5 %),
yang dapat membaca ayat Al Qur’an ada 8 siswa (20 %) dan yang dapat/faham
membaca ayat Al Qur’an ada 6 siswa (15 %). Meski demikian, pada siklus I ini
sudah mulai nampak adanya kemajuan/peningkatan siswa dalam membaca Al Qur’an.
Setelah
siklus I berakhir, dilaksanakan diskusi dan refleksi untuk menyusun tindakan
pada siklus II. Dalam refleksi tersebut dapat diungkapkan bahwa guru mersa
masih belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca ayat Al Qur’an
yang lebih banyak lagi. Oleh karena itu pada siklus I, dengan lebih memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar membaca dan memahami Al Qur’an dengan
pengoptimalan metede iqro’.
Dari
tabel 2 dapat dilihat untuk siklus II tindakan I, bahwa yang tidak dapat
membaca ayat Al Qur’an 26 siswa (65%), yang dapat membaca 14 siswa (35 %) dan
yang dapat dan faham membaca ayat Al Qur’an 12 siswa (30 %). Untuk tindakan 2,
yang tidak dapat membaca 22 siswa (55 %), yang dapat membaca 18 siswa (45 %),
yang dapat/faham membaca ayat Al Qur’an ada 16 siswa (40 %). Tindakan 3, yang
tidak dapat membaca 19 siswa (47,5 %), yang dapat membaca 21 siswa (52,5 %),
yang dapat/faham membaca ayat Al Qur’an 18 siswa (45 %).
Jadi
pada siklus II ini yang tidak dapat membaca ayat Al Qur’an turun 17,5 % dan yang dapat membaca naik 17,5 %, serta yang dapat/faham naik 15 %.
Pencapaian hasil penumbuhan ini berdasarkan refleksi guru selaku aktor utama
dalam penelitian ini masih merasa belum menyiapkan permasalahan yang dihadapi
siswa terutama dalam menyiapkan permasalahan yang dihadapi siswa terutama dalam
melaksanakan tindakan penerapan metode membaca Al Qur’an. Sehingga masih
terdapat siswa yang belum dapat membaca ayat Al Qur’an dengan baik dan benar.
Oleh karena itu setelah diadakan diskusi dan refleksi, direncanakan
dilaksanakan siklus III.
Hasil
dan analisis siklus III yaitu pada tindakan I, siswa yang tidak dapat membaca
ayat Al Qur’an ada 15 siswa (37,5 %), yang dapat membaca 25 siswa (62,5 %), dan
yang dapat/faham membaca ada 22 siswa ( 55 %). Pada tindakan 2, yang tidak
dapat membaca ada 12 siswa (30 %), yang dapat membaca 28 siswa (70 %), yang dapat/faham
dalam membaca ada 25 siswa (62,5 %). Pada tindakan 3, yang tidak dapat membaca
ada 5 siswa (12,5 %), yang dapat membaca 35 siswa (87,5%), dan yang dapat/faham
ada 33 siswa (82,5 %).
Jadi
pada siklus III ini yang tidak dapat membaca Al Qur’an turun 25 % dan yang dapat
membaca Al Qur’an naik 25 %, serta yang dapat/faham dalam membaca Al Qur’an
naik 27,5 %, yang disebabkan karena guru mengoptimal-kan metode dan
pembimbingannya.
Pada
siklus IV diperoleh hasil yaitu tindakan I, jumlah siswa yang tidak dapat
membaca Al Qur’an sebanyak 5 siswa (12,5 %), yang dapat membaca 35 siswa (87,5 %),
dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 33 siswa (82,5%). Pada tindakan 2, siswa
yang tidak dapat membaca Al Qur’an 3 siswa (7,5%), yang dapat membaca 37 siswa
(92,5%), dan yang sudah dapat/ faham ada 36 siswa (90 %). Sedangkan pada
tindakan 3, yang tidak dapat membaca Al Qur’an ada 1 siswa (2,5 %), yang dapat
membaca 39 siswa (97,5 %), dan yang dapat/faham ada 39 siswa (97,5 %).
Dengan
demikian mulai dari siklus I tindakan 1 sampai dengan siklus IV tindakan 3
siswa yang tidak dapat membaca Al Qur’an 36 siswa menjadi 1 siswa, berarti
mengalami penurunan 87,5 %, sedangkan siswa yang dapat membaca Al Qur’an dari 4
siswa menjadi 39 siswa, berarti mengalami peningkatan 87,5 %, sedangkan siswa
yang dapat/faham membaca Al Qur’an dari 3 siswa menjadi 38 siswa, berarti juga
mengalami peningkatan 87,5 %.
Untuk
mengetahui lebih jelas tentang peningkatan siswa dalam membaca Al Qur’an dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel
3. Prosentase Membaca Al Qur’an Siswa
Kelas 7 SMP Negeri 1 Ngemplak Kabupaten Boyolali
Siklus
|
Membaca
|
||
Tidak dapat
|
Dapat
|
Dapat/faham
|
|
I
II
III
IV
|
77,5
55
27,5
7,5
|
20
42,5
70
92,5
|
15
37,5
62,5
97,5
|
Dari
tabel tersebut di atas dapat digambarkan histogram sebagai berikut :
Siklus
Gambar 2. Histogram
Persentase tidak dapat membaca.
Siklus
Gambar 3. Histogram
Persentase dapat membaca.
Siklus
Gambar 4. Histogram
Persentase dapat/faham membaca.
E. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan
Dari hasil pengumpulan data yang
kemudian dianalisis dengan diskripsi prosentase dan dirangkum dalam tabel dan
digambarkan dalam histogram di atas, menunjukkan bahwa persentase siswa yang
dapat membaca Al Qur’an mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I
yang dapat membaca Al Qur’an 20 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 15 %.
Siklus II yang dapat membaca Al Qur’an 42,5 % dan yang dapat/faham membaca Al
Qur’an 37,5 %. Siklus III yang dapat membaca Al Qur’an 70 % dan yang dapat/faham
membaca Al Qur’an 62,5 %. Siklus IV yang dapat membaca Al Qur’an 92,5% dan yang
dapat/faham membaca Al Qur’an 97,5 %. Jadi secara keseluruhan siswa yang dapat
membaca Al Qur’an mengalami peningkatan 87,5 %.
Dari keseluruhan siklus yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa guru telah mampu mengupayakan siswa kelas VII
D SMP Negeri 1 Ngemplak kabupaten Boyolali dalam membaca Al Qur’an lewat
tambahan pelajaran Al Qur’an. Hal ini nampak jelas dalam tabel 3. Setiap siklus
membawa dampak positif ke arah pertumbuhan/peningkatan.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapatlah
penulis menarik kesimpulan dari hasil analisa diskripsi prosentase menunjukkan
bahwa persentase siswa yang dapat membaca Al Qur’an mengalami peningkatan pada
setiap siklus. Pada siklus I yang dapat membaca Al Qur’an 20 % dan yang
dapat/faham membaca Al Qur’an 15 %. Siklus II yang dapat membaca Al Qur’an 42,5
% dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 37,5 %. Siklus III yang dapat membaca
Al Qur’an 70 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 62,5 %. Siklus IV yang
dapat membaca Al Qur’an 92,5% dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 97,5 %.
Jadi secara keseluruhan siswa yang dapat membaca Al Qur’an mengalami
peningkatan 87,5 %.
Dengan demikian jika guru melakukan
upaya-upaya (menanamkan pentingnya membaca Al Qur’an, pengembangan belajar
kreatif dengan pengoptimalan metode KARIMAH, drill dan demonstrasi serta
pemberian motivasi) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca membaca Al
Qur’an maka siswa akan dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
Model peningkatan kemampuan siswa dalam
membaca Al Qur’an telah terbukti dapat meningkatkan persentase dan kualitas
membaca Al Qur’an. Dengan demikian model ini dapat digunakan dan dikembangkan
untuk membantu guru dalam memecahkan persoalan yang sejenis untuk kelas yang
berbeda dengan latar belakang yang hampir sama. Perlu diadakan penelitian
lanjutan tentang usaha guru dalam menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca Al Qur’an.
B. Saran untuk Tindakan Lebih Lanjut
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian
ini diberikan saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi para pelaksana
pendidikan khususnya guru Pendidikan Agama Islam, yaitu :
1.
Guru-guru dalam menyampaikan materi mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam hendaknya mempersiapkan materi yang akan disajikan
secara matang serta dapat memanfaatkan metode pengajaran yang tepat.
2.
Melalui tambahan pelajaran Al Qur’an kepada Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Ngemplak diharapkan mampu menerapkan
metode Karimah, drill dan demonstrasi dalam proses pembelajaran membaca Al
Qur’an, mengingat bahwa dengan menggunakan metode tersebut dapat meningkatkan
kemampuan membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
3.
Kepada peneliti lain diharapkan dapat mengkaji secara
lebih dalam dan luas melalui kegiatan penelitian yang terkait dengan masalah
tersebut, sehingga hasilnya dapat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini.
Demikianlah semoga Karya Tulis Ilmiah
yang sederhana ini dapat ber-manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, 1976. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Semarang : Toha Putra.
As’ad Humam, 1994. Buku Iqro’ Cara Cepat Membaca Al Qur’an,
edisi revisi, Yogyakarta : AMM (Angkatan Muda
Masjid-Mushola).
Bimo Walgito, 1985. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : Yasbit.
Fak. Psikologi UGM.
Budiyono, 1995. Beban
Tugas Guru dan Kualitas Proses Belajar Mengajar, Laporan Penelitian.
Departemen Agama RI. 1989. Al Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta : Yayasan
Penyelenggaraan Penterjemahan Al Qur’an.
Fahd Bin Abdurrahman Ar Rumi, Terjemahan Amirul Hasan dan
Muhammad Halagi, 1996. Ulumul Qur’an. Yogyakarta :
Titian Ilahi.
Hadari Nawawi, 1987. Metode Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Gajah
Mada University .
Mahmud Yunus, 1981. Metodik Khusus Bahasa Arab. Jakarta : PT. Hilda Karya.
Piet A. Sehertian, 1994. Profil
Pendidikan Profesional, Yogyakarta : Andi
Ofset.
Raka Joni T. 1980, Pengembangan
Kurikulum IKIP/FIP/FKG Suatu Kasus Pen-didikan Berdasar Kompetensi. Jakarta , Depdikbud, P3G.
Salim Bahreusyi. 1986. Terjemahan Riadus Sholihin II. Bandung : Al Ma’arif.
Soedijarto, 1993. Memantapkan
Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta :
Gramedia, Widiasarana Indonesia .
Suharsimi Arikunto, 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta : Bina Aksara.
Sutrisno Hadi, 1983. Metodologi Research II. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fak. Psikologi UGM.
Syekh Ahmad Al Basyuni, 1994. Syarah Hadits. Bandung : Trigenda Karya.
Winarno Surahmad, 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah Metode
Teknik. Bandung :
Tarsito.
LAMPIRAN
INSTRUMEN
PENELITIAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL QUR’AN
DENGAN
METODE KARIMAH
Hari dan tanggal : Kelas :
Mata Pelajaran : Jumlah
siswa :
Waktu/Jam : Laki-laki :
Guru : Perempuan :
Pengamat/Peneliti :
PETUNJUK
:
Lingkarilah bilangan yang sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya pada pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !
1.
Berapa kali guru memberi kesempatan pada murid untuk
membaca ayat Al Qur’an ?
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
2.
Berapa siswa yang berani membaca ayat Al Qur’an di
papan tulis ?
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
3.
Berapa siswa yang sering membaca ayat Al Qur’an ?
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
4.
Berapa siswa yang belum dapat membaca ayat Al Qur’an ?
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
5.
Berapa siswa yang dapat membaca ayat Al Qur’an ?
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
6.
Berapa siswa yang sudah mahir membaca Al Qur’an ?
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
7.
Berapa siswa yang merasa sulit membaca ayat Al Qur’an ?
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
8.
Berapa jam waktu yang digunakan menambah pelajaran Al
Qur’an?
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
PETUNJUK
Jawablah
pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi !
9.
Metode apakah yang dipakai guru dalam mengajar Al
Qur’an ?
Jawab
: ......
10. Bagaimana
gairah siswa dalam mempelajari Al Qur’an ?
Jawab
: ......
11. Bagaimana
keadaan siswa apabila guru sedang melaksanakan tindakan ?
Jawab
: ......
12. Bagaimana
situasi pada waktu proses belajar mengajar berlangsung ?
Jawab
: ......
13. Apakah
ada peningkatan kemampuan siswa dalam mempelajari/membaca Al Qur’an ?
Jawab
: ......
14. Untuk
membantu dalam observasi kegiatan siswa dalam membaca Al Qur’an berilah tanda Ö pada
kolom yang telah disediakan sesuai dengan keadaan siswa!
Nama Siswa
|
Tindakan
|
Membaca
|
||
Tidak dapat
|
Dapat
|
Dapat/faham
|
||
A
|
1
2
3
|
|
|
|
B
|
1
2
3
|
|
|
|
C
|
1
2
3
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
PROGRAM SATUAN PELAJARAN
Mata Pelajaran : Pendidikan
Agama Islam
Pokok Bahasan : Al
Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat 1 s.d 11, Surat At Tiin ayat 1 s.d 8 dan Surat
Ash-Shof ayat 1 s.d 10
Sub Pokok Bahasan : 3.1.1. Al
Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat 1 s.d 11 tentang larangan menghina
anak yatim dan menghardik orang-orang yang minta-minta dan perintah
menyebut-nyebut nikmat yang diberikan Allah sebagai tanda bersyukur.
3.1.2. Al Qur’an At Tiin ayat 1 s.d .8 tentang
perintah larangan menghina anak yatim dan menghardik
orang-orang yang minta-minta dan perintah menyebut-nyebut nikmat yang diberikan
Allah sebagai tanda bersyukur.
3.1.3. Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 1 s.d 10 tentang larangan
menghina anak yatim dan menghardik orang-orang yang minta-minta dan perintah
menyebut-nyebut nikmat yang diberikan Allah sebagai tanda bersyukur.
Kelas/Semester : VII/1
Waktu : 4 jam pelajaran (2x pertemuan).
I.
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Siswa mampu membaca,
menyalin, mengartikan dan menyimpulkan kandungan Al Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat
1 s.d 11 tentang larangan menghina anak yatim dan menghardik
orang-orang yang minta-minta dan perintah menyebut-nyebut nikmat yang diberikan
Allah sebagai tanda bersyukur, Al Qur’an At Tiin ayat 1 s.d .8 tentang
perintah larangan menghina anak yatim dan menghardik
orang-orang yang minta-minta dan perintah menyebut-nyebut nikmat yang diberikan
Allah sebagai tanda bersyukur, Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 1 s.d 10
tentang larangan menghina anak yatim dan menghardik orang-orang
yang minta-minta dan perintah menyebut-nyebut nikmat yang diberikan Allah
sebagai tanda bersyukur.
Tujuan Instruksional Khusus (TPK)
Setelah proses belajar mengajar
siswa diharapkan dapat :
Pertemuan I
1.
Membaca dengan fasih . Al Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat 1
s.d 11
2.
Menyalin dengan baik dan benar Al Qur’an Surat Ad-Dhuha
ayat 1 s.d 11.
3.
Mengartikan dengan benar Al Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat
1 s.d 11
4.
Menyimpulkan Al Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat 1 s.d 11
Pertemuan II
1.
Membaca dengan fasih Al Qur’an At Tiin ayat 1 s.d .8
2.
Menyalin dengan baik dan benar Al Qur’an At Tiin ayat 1
s.d .8
3.
Mengartikan dengan benar Al Qur’an At Tiin ayat 1 s.d
.8
4.
Menyimpulkan Al Qur’an At Tiin ayat 1 s.d .8
Pertemuan III
1.
Membaca dengan fasih Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 1
s.d .5
2.
Menyalin dengan baik dan benar Al Qur’an Surat Ash-Shof
ayat 1 s.d 5.
3.
Mengartikan dengan benar Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat
1 s.d 5.
4.
Menyimpulkan Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 1 s.d 5.
Pertemuan IV
1.
Membaca dengan fasih Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 6
s.d 10.
2.
Menyalin dengan baik dan benar Al Qur’an Surat Ash-Shof
ayat 6 s.d 10.
3.
Mengartikan dengan benar Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat
6 s.d 10.
4.
Menyimpulkan Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 6 s.d 10.
II.
Materi Pelajaran
Pertemuan I
1.
Bacaan dan salinan Al Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat 1 s.d
11
2.
Arti dan kesimpulan Al Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat 1 s.d
11.
Pertemuan II
1.
Bacaan dan salinan Al Qur’an At Tiin ayat 1 s.d .8
2.
Arti dan kesimpulan Al Qur’an At Tiin ayat 1 s.d .8
Pertemuan III
1.
Bacaan dan salinan Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 1 s.d
5
2.
Arti dan kesimpulan Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 1 s.d
5.
Pertemuan IV
1.
Bacaan dan salinan Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 6 s.d
10
2.
Arti dan kesimpulan Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 6 s.d
10.
III. Kegiatan
Belajar Mengajar
1.
Pendekatan : Pembiasaan, Pengalaman, Fungsional,
Rasional.
2.
Metode : Ceramah, resitasi, latihan dan demonstrasi.
Langkah-langkah :
Pertemuan I
1.
Guru menulis di
papan tulis, siswa menyalin dalam buku tulis masing-masing.
2.
Guru membacakan, siswa menirukan berulang-ulang.
3.
Mengartikan Al Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat 1 s.d 11
4.
Menyimpulkan Al Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat 1 s.d 11.
Pertemuan II
1.
Guru membacakan yang telah ditulis di papan tulis, siswa
menulis dan menirukan bacaan yang telah disampaikan secara berulang-ulang.
2.
Guru mengartikan dan menyimpulkan Al Qur’an At Tiin
ayat 1 s.d .8
3.
Siswa
menulis-kan dalam buku tulisnya masing-masing.
Pertemuan III
1.
Guru menuliskan kemudian membacakan , siswa menyalin
kemudian menirukan secara berulang-ulang.
2.
Guru mengartikan kemudian menyimpulkan Al Qur’an Surat
Ash-Shof ayat 1 s.d 5
3.
Siswa menuliskan dalam buku tulisnya masing-masing.
Pertemuan IV
1.
Guru menuliskan di papan tulis dan membacakan Al Qur’an
Surat Ash-Shof ayat 6 s.d 10
2.
Siswa menyalin
dan menirukan secara berulang-ulang.
3.
Guru mengartikan dan menyimpulkan Al Qur’an Surat
Ash-Shof ayat 6 s.d 10
4.
, Siswa menuliskan dalam buku masing-masing.
IV. Sumber
1.
Al Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI .
2.
Buku Paket PAI Jilid I, Depag RI .
3.
Buku Materi Pendidikan Agama Islam SMP Negeri l
Ngemplak
V.
Evaluasi
1.
Prosedur : Pos Tes.
2.
Alat Evaluasi : Tes lesan dan tertulis.
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru
Mata Pelajaran
___________________ ___________________
NIP. NIP.
|
DENGAN METODE KARIMAH SISWA
KELAS VII D SMPN I NGEMPLAK BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Oleh :
Drs.
FATHUR ROCHIM,SPDI,MSI
NIP.131832846
PANGKAT/GOL.RUANG : PEMBINA
IV/a
UNIT
KERJA :
SMP NEGERI 1 NGEMPLAK
KABUPATEN : BOYOLALI
Judul Karya Tulis : PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL QUR’AN DENGAN METODE KARIMAH SISWA KELAS VII
D SMP NEGERI I NGEMPLAK KABUPATEN
BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Nama Penulis :
Drs. FATHUR ROCHIM,SPDI,MSI
NIP :
131832846
Tugas Pokok :
Guru Mapel Pendidikan Agam Islam
Unit kerja :
SMP NEGERI I NGEMPLAK
Alamat :
Ngeserep, Ngemplak, Boyolali
Telp.(0271)780420
Ngemplak,
25 September 2008
Kepala
Sekolah
SMP
Negeri I Ngemplak
Drs.
HARTOKO,MM.
NIP.131768561
|
ABSTRAK
Fathur Rochim : PENINGKATAN
KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR'AN DENGAN METODE KARIMAH SISWA KELAS 7 D SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 NGEMPLAK TAHUN 2008/2009.
Permasalahan pokok yang akan dipecahkan
lewat penelitian tindakan kelas ini adalah : Usaha guru dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an. Tujuannya supaya siswa dapat membaca
Al-Qur'an dengan baik dan benar. Hipotesis tindakannya adalah : jika guru
melaksanakan tambahan pelajaran membaca Al-Qur'an maka siswa dapat membaca
Al-Qur'an dengan baik dan benar.
Penelitian ini merupakan tindakan guru
untuk memperbaiki proses pengajaran pendidikan agama Islam terutama dalam
membaca ayat Al-Qur'an di kelas 3 SMP Negeri 1 Ngemplak kabupaten Boyolali dan
aktor utamanya adalah guru pendidikan agama Islam kelas 3. penelitian dilakukan
dalam 4 siklus dan meliputi 4 tahapan yaitu : observasi, perencanaan untuk
siklus berikutnya.
Setiap siklus terdiri dari 3 tindakan
yaitu : penanaman pentingnya membaca Al-Qur'an, pengembangan belajar kreatif
dengan mengoptimalkan penggunaan metode iqro', drill, dan demontrasi, dan
pemberian motivasi (pujian). Untuk memantau status kemajuan siswa dalam membaca
Al-Qur'an serta merekam tindakan guru dan reaksi siswa menggunakan alat bantu
lembar pengamatan dan catatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase
siswa yang dapat membaca Al-Qur'an mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada
siklus I yang dapat membaca Al Qur’an 20 % dan yang dapat/faham membaca Al
Qur’an 15 %. Siklus II yang dapat membaca Al Qur’an 42,5 % dan yang dapat/faham
membaca Al Qur’an 37,5 %. Siklus III yang dapat membaca Al Qur’an 70 % dan yang
dapat/faham membaca Al Qur’an 62,5 %. Siklus IV yang dapat membaca Al Qur’an
92,5% dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 97,5 %. Jadi secara keseluruhan
siswa yang dapat membaca Al Qur’an mengalami peningkatan 87,5 %.
|
Model peningkatan kemampuan
siswa dalam membaca Al-Qur'an telah terbukti dapat meningkatkan persentase dan
kualitas membaca Al-Qur'an. Dengan demikian model ini dapat digunakan dan
dikembangkan untuk membantu guru dalam memecahkan persoalan yang sejenis untuk
kelas yang berbeda dengan latar belakang yang hampir sama. Perlu diadakan
penelitian lanjutan tentang usaha guru dalam menjaga dan meningkatkan kemampuan
siswa dalam membaca Al-Qur'an.
|
|
Dengan
mengucapkan syukur kepada Alloh SWT. Penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah dengan selamat. Karya tulis ini dibuat/disusun untuk melengkapi persyaratan sebagai peserta Lomba Inovasi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Departemen Pendidikan Nasional
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini banyak pihak yang
membantu dan memberikan sumbangan pemikiran, petunjuk, saran yang berguna.
Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
:
1. Kepada
SMP N I Ngemplak yang telah memberi izin dan dorongan untuk mengadakan penelitian
2. Rekan
– rekan sejawat yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dan memberikan dorongan dalam penelitian sehingga dapat berhasil dengan baik
dan lancar.
Sumbangan saran yang bersifat memperbaiki,
demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini sangat diharapkan. Semoga karya tulis
ini dapat berguna khususnya penulis, dan pembaca pada umumnya.
Ngemplak, September
2008
Penulis
|
Drs. Fathur
Rochim,SPDI,MSI
NIP.131832846
|
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR
PENGESAHAN.......................................................................... ii
ABSTRAK
.................................................................................................... iii
KATA
PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR
ISI................................................................................................. vi
DAFTAR
LAMPIRAN.................................................................................
vii
BAB I.
PENDAHULUAN....................................................................... 1
A.
Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B.
Identifikasi Masalah ................................................................ 3
C.
Pembatasan dan Rumusan Masalah ......................................... 3
D.
Tujuan Penelitian...................................................................... 4
E.
Manfaat Hasil Penelitian .......................................................... 4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA .................................................................. 5
A.
Kajian Teori ............................................................................ 5
B.
Kajian Hasil Penelitian ............................................................. 11
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 15
A.
Objek Tindakan ....................................................................... 15
B.
Subjek Penelitian ...................................................................... 15
C.
Metode Pengumpulan Data ..................................................... 15
D.
Metode Analisis Data............................................................... 18
E.
Cara Pengambilan Kesimpulan ................................................. 18
BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................... 19
A.
Gambaran Selintas Tentang Setting ......................................... 19
B.
Uraian Penelitian Secara Umum .............................................. 19
C.
Penjelasan Per Siklus ................................................................ 24
D.
Proses Menganalisis Data ........................................................ 26
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 32
A.
Kesimpulan .............................................................................. 32
B.
Saran untuk Tindakan Lebih Lanjut ........................................ 32
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................... 34
|
|
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ................................................................ 36
Lampiran 2. Program Satuan Pelajaran ........................................................ 38
|
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru
adalah motor utama yang mendapat tanggung jawab langsung untuk menterjemahkan
kurikulum ke dalam aktifitas belajar mengajar (Soedijarto, 1993:58). Untuk itu
guru perlu memiliki kemampuan personal, profesioinal dan kemampuan sosial untuk
menunjang tugasnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemampuan tersebut
diupayakan untuk dikembangkan dan ditingkat-kan agar mencapai tingkat profesi
yang optimal. Proses pertumbuhan profesi dimulai sejak guru mulai mengajar dan
berlangsung sepanjang hidup dan karier hidup (Piet A. Sehertian, 1994:7).
Kesadaran guru untuk itu ternyata belum begitu nampak. Penelitian Budiyono
terhadap 36 guru di Semarang menemu-kan bahwa belum semua guru menghabiskan
waktu yang ada untuk keperluan profesionalnya, hanya 38,9% dari sebagian waktu
yang ada (Budiyono, 1995:17).
Tenaga
yang profesional lebih mengutmaakan kemampuan merencanakan dan mengelola proses
belajar mengajar yang kondusif bagi perkembangan peserta didik yang mengadakan
perbaikan secara berkesinambungan dengan merefleksi diri terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan. Sebagai orang yang beriman kepada Allah SWT. dan memeluk
Agama Islam seharusnyalah dapat mengetahui isi Kitab Al Qur’an dengan cara
mempelajari/membaca kitab tersebut, karena membaca Al Qur’an merupakan perintah
Allah SWT. sebagaimana tersurat dalam firman Allah Surat Al ’Alaq ayat 1 s/d 5
:
Artinya : Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmu yang paling pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan qalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya (Al Qur’an dan Terjemahan, 1984:1077).
Rasulullah
Muhammad SAW pernah bersabda :
خَيْرُكُمْ
مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ (رواه لبخارى)
Artinya : Sebaik-baik
kamu adalah yang mau belajar membaca Al Qur’an dan mengajarkannya (HR.
Bukhori), (Salim Bahreisy, 1986:123).
Membaca
Al Qur’an bagi umat Islam merupakan ibadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu
keterampilan membaca Al Qur’an perlu diberikan kepada anak sejak dini mungkin,
sehingga nantinya diharapkan setelah dewasa dapat membaca, memahami dan
mengamalkan Al Qur’an dengan baik dan benar.
Pemberian
pelajaran Al Qur’an sebaiknya melalui tri pusat pendidikan yaitu : keluarga,
sekolah dan masyarakat, dimana yang paling dominan dan waktunya banyak adalah
di dalam keluarga. Oleh karena itu yang paling menentukan berhasil/tidaknya
anak dapat membaca Al Qur’an adalah pendidikan informal di tengah keluarga.
Di sekolah
perlu adanya pelajaran Al Qur’an, hanya saja waktu dan sarananya terbatasi,
materi yang diberikan kepada siswa terbatas, jam pelajaran yang terbatas dalam
kurikulum juga terbatas (hanya 2 jam pelajaran per minggu), disamping itu PAI
tidak termasuk pelajaran yang di-EBTANAS-kan, sehingga siswa kurang mendapat
pelajaran dengan maksimal serta kurang perhatiannya. Supaya siswa dapat
membaca, memahami Al Qur’an dengan baik dan benar maka diadakan tambahan
pelajaran Al Qur’an dengan metode KARIMAH. Pendidikan dalam masyarakat juga
penting, karena anak lebih banyak bergaul dengan masyarakat yang dapat
mempengaruhi sifat, watak dan perilakunya sehari-hari. Karena pentingnya
pengetahuan tentang Al Qur’an, maka penulis berusaha mengangkat masalah ini menjadi
obyek pembahasan penelitian dengan usaha penambahan pelajaran Al Qur’an di
sekolah.
Mengacu
pada pemikiran dan realita yang ada, peneliti tertarik untuk memberikan
tindakan yang membuat siswa dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
Dorongan untuk membantu memecahkan masalah ini timbul karena melihat sendiri
keadaan siswa kelas 7 D SMP Negeri I Ngemplak Boyolali. Harapannya selesai
penelitian ini siswa dapat membaca ayat Al Qur’an dengan baik dan benar.
B. Identifikasi Masalah
Dari
latar belakang masalah di atas permasalahan yang ada dapat di-identifikasikan
sebagai berikut:
1.
Masih banyak siswa yang belum dapat membaca Al Qur’an
dengan baik dan benar.
2.
Ketidakmampuan membaca Al Qur’an dengan baik dan benar
disebabkan karena kurang banyak latihan.
3.
Melalui metode karimah dapat meningkatkan kemampuan
membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan
berbagai permasalahan tersebut di atas, perlu adanya pembatasan masalah sebagai
berikut :
1.
Untuk meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an dengan
baik dan benar diperlukan metode karimah
2.
Metode pengajaran yang dipilih untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an dengan baik dan benar yaitu dengan
metode Karimah, drill dan demonstrasi.
Berdasarkan
pembatasan masalah tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut :
“ Apakah dengan menggunakan metode karimah dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an dengan baik dan benar?”
D. Tujuan Penelitian
Bertolak
dari rumusan masalah di atas maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an dengan baik dan benar
melalui tambahan pelajaran Al Qur’an.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Secara
praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru Pendidikan Agama Islam
dalam meningkatkan proses belajar mengajarnya terutama dalam meningkatkan
kemampuan siswa membaca dan memahami Al Qur’an, di samping itu juga bermanfaat
bagi siswa itu sendiri sehingga dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar
serta dapat meningkatkan amal ibadah kepada Allah SWT, hasil penelitian ini
juga bermanfaat bagi sekolah yang mengalami permasalahan yang hampir sama dan
sejenis, sebagai batu pijakan dan per-bandingan untuk perbaikan proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Pengertian Al Qur’an
Al Qur’an
adalah dasar dan pedoman hidup bagi umat Islam yang perlu dipelajari dan
dimengerti serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, karena di dalamnya
memuat berbagai aturan dan tatanan hidup manusia di dunia sampai di akherat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berisi firman-firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan malaikat Jibril untuk
dibaca, difahami dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat
manusia (Depdikbud, 1993:28).
Dalam
mengartikan kata Al Qur’an sedikitnya ada dua golongan yang berbeda pendapat
yaitu :
a.
Golongan pertama yang diwakili antara lain oleh Al
Lihyani ber-pendapat bahwa Al Qur’an adalah bentuk masdar mahfudz mengikuti
wazan Al Ghufran dan ia merupakan mustaq dari kata Qaraa yang mempunyai arti
sama dengan tala. Al Qur’an bisa juga disebut Al Muq’ru yang merupakan sebutan
bagi obyek dalam bentuk masdarnya.
b.
Golongan kedua yang diwakili antara lain oleh Az Zujaj
berpendapat bahwa Al Qur’an diidentikkan dengan wazan Fu’lan yang merupakan
musytaq dari lafal Al Qar’u yang mempunyai arti al jam’u. Ibnu Atsir juga
berpendapat bahwa disebut Al Qur’an karena di dalamnya memuat kumpulan
kisah-kisah. Amar ma’ruf nahi munkar, perjanjian, ancaman, ayat-ayat dan
surat-surat lafal Al Qur’an adalah bentuk masdar seperti kata Ghufran dan
Khufran (Atsir, IV, tt : 30). Dari beberapa pendapat tersebut mereka sepakat
bahwa Al Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, bagi yang membaca-nya merupakan ibadah dan mendapat pahala (Fahd Bin
Abdurrahman Ar Rumi, terjemahan 1996:41).
2.
Nama-nama Al Qur’an
Al Qur’an
mempunyai banyak nama antara lain :
a.
Al Furqan artinya pembeda. Maksudnya bahwa Al Qur’an
itu dapat membedakan antara yang hak dan yang batil seperti firman Allah dalam surat Al Furqan ayat 1
(satu) yang artinya : “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqan (Al
Qur’an kepada hambanya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”
(QS. Al Furqan : 1).
b.
Al Kitab artinya kitab Allah. Maksudnya wahyu dari
Allah sebagaimana Firman Allah yang artinya : “Kitab ini tidak ada keraguan di
dalamnya, menjadi petunjuk bagi orang yang bertaqwa” (QS. Al Baqoroh : 2).
c.
Ad Dzikru artinya peringatan. Maksudnya bahwa Al Qur’an
menjadi peringatan bagi semua manusia atas segala tindakannya yang tidak benar.
Sebagaimana firman Allah yang artinya “Dan Aku (Allah) telah menurunkan Adz
Dzikir (Al Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan kepada manusia apa-apa yang telah
Aku turunkan kepada mereka” (QS. An Nahl : 44).
3.
Al Qur’an Sebagai Pedoman Hidup
Al Qur’an
disamping sebagai Ilmu dan Mu’jizat terbesar Nabi Muhammad SAW juga sebagai
pedoman hidup manusia sepanjang masa, di dunia sampai di akherat. Ajaran Al
Qur’an selalu sesuai dengan kepen-tingan dan kebutuhan hidup dan kehidupan
manusia, oleh karena itu manusia disuruh mengikuti Al Qur’an. Sebagaimana dalam
firmanNya dalam surat
Al An’am : 155, yang artinya : “Dan inilah sebuah kitab yang Kami (Allah)
turunkan yang diberkati, maka dari itu ikutilah dan bertaqwa-lah kamu (kepada
Allah) supaya kamu diberi rahmat (QS. Al An’am : 155).
Dalam surat lain Allah juga
berfirman yang artinya : “Tidaklah cukup bagi mereka, sesungguhnya yang
demikian itu menjadi rahmat dan peringatan bagi orang-orang yang beriman (QS.
Al An Kabut : 51). Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa barang
siapa mengikuti Al Qur’an maka mereka akan diberi rahmat dan peringatan dari
Allah SWT. Mengikuti Al Qur’an berarti menjadikan Al Qur’an sebagai pegangan
dan pedoman hidup, karena memang di dalam Al Qur’an memuat berbagai aturan
tentang kehidupan manusia di dunia hingga akherat. Barang siapa mengikuti Al
Qur’an maka hidupnya akan selamat dan sejahtera di dunia dan akherat kelak.
Bahkan istri Rasulullah WAW, Siti Aisyah ketika ditanya sahabatnya tentang
akhlak Rasulullah, beliau menjawab bahwa akhlak Rasulullah adalah Al Qur’an.
Rasulullan
sendiri pernah bersabda yang artinya : “Telah kutinggalkan bagimu dua perkara
yang tak akan tersesat jika kamu berpegang pada keduanya yaitu Kitab Allah (Al
Qur’an) dan Sunnah RasulNya (HR. Ibn. Abdul Barri). (Moh. Rifa’i, 1980 : 183).
4.
Keutamaan Membaca Al Qur’an dan Cara Membacanya
Tentang
keutamaan dan kelebihan membaca Al Qur’an, Rasulullah telah menyatakan dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yang maksudnya
demikian : “Perumpamaan orang mu’min yang membaca Al Qur’an, adalah seperti
bunga utrujjah, baunya harum dan rasanya lezat; orang mu’min yang tak suka
membaca Al Qur’an, adalah seperti buah korma, baunya tidak begitu harum, tapi
manis rasanya; orang munafiq yang membaca Al Qur’an ibarat sekuntum bunga,
berbau harum, tetapi pahit rasanya; dan orang munafiq yang tidak membaca Al
Qur’an, tak ubahnya seperti buah hanzalah, tidak berbau dan rasanya pahit
sekali.”
Dalam
sebuah hadits, Rasulullah juga menerangkan bagaimana besar-nya rahmat Allah
terhadap orang-orang yang membaca Al Qur’an di rumah-rumah peribadatan (masjid,
surau, mushalla dan lain-lain). Hal ini dikuat-kan oleh sebuah hadits yang
masyhur lagi shahih yang berbunyi sebagai berikut : “Kepada kaum yang suka
berjemaah di rumah-rumah peribadatan, membaca Al Qur’an secara bergiliran dan
ajar-mengajarkannya terhadap sesamanya, akan turunlah kepadanya ketenangan dan
ketenteraman, akan terlimpah kepadanya rahmat dan mereka akan dijaga oleh
malaikat, juga Allah akan selalu mengingat mereka” diriwayatkan oleh Muslim
dari Abu Hurairah). (Depag RI, 1984:122).
Dengan
hadits di atas nyatalah, bahwa membaca Al Qur’an, baik mengetahui artinya ataupun
tdiak, adalah termasuk ibadah, amal shaleh dan memberi rahmat serta manfaat
bagi yang melakukannya; memberi cahaya ke dalam hati yang membacanya sehingga
terang benderang, juga memberi cahaya kepada keluarga rumah tangga tempat Al
Qur’an itu dibaca. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari
Anas r.a., Rasullullah bersabda: “Hendaklah kamu beri nur (cahaya) rumah
tanggamu dengan sembahyang dan dengan membaca Al Qur’an” (Depag RI, 1984: 122).
Al Qur’an
sebagai Kitab Suci, wahyu Ilahi, mempunyai adab-adab tersendiri bagi
orang-orang yang membacanya. Adab-adab itu sudah diatur dengan sangat baik,
untuk penghormatan dan keagungan Al Qur’an, tiap-tiap orang harus berpedoman
kepadanya dalam mengerjakannya.
Di antara
adab-adab membaca Al Qur’an, yang terpenting ialah :
1.
Disunatkan membaca Al Qur’an sesudah berwudhu, dalam
keadaan bersih, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah. Kemudian mengambil Al
Qur’an hendaknya dengant angan kanan; sebaiknya memegangnya dengan kedua belah
tangan.
2.
Disunatkah membaca Al Qur’an di tempat yang bersih,
seperti : di rumah, di surau, di mushalla dan di tempat-tempat lain yang
dianggap bersih. Tapi yang paling utama ialah di masjid.
3.
Disunatkan membaca Al Qur’an menghadap ke qiblat,
membacanya dengan khusyu’ dan tenang; sebaiknya dengan berpakaian yang pantas.
4.
Ketika membaca Al Qur’an, mulut hendaknya bersih, tidak
berisi makanan, sebaiknya sebelum membaca Al Qur’an mulut dan gigi dibersihkan
lebih dahulu.
5.
Sebelum membaca Al Qur’an, disunatkan membaca
ta’awwudz, yang berbunyi : a’udzubillahi minasy syaithanirrajim. Sesudah
itu barulah dibaca Bismillahirrahmanir rahim. Maksudnya, diminta lebih
dahulu perlindungan Allah, supaya terjauh dari pengaruh tipu-daya syaitan,
sehingga hati dan fikiran tetap tenang di waktu membaca Al Qur’an, terjauh dari
gangguan-gangguan.
6.
Disunatkan membaca Al Qur’an dengan tartil, yaitu
dengan bacaan yang pelan-pelan dan tenang.
7.
Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud
ayat-ayat Al Qur’an, disunatkan membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran
tentang ayat-ayat yang dibacanya itu dan maksudnya.
8.
Dalam membaca Al Qur’an itu, hendaklah benar-benar
diresapkan arti dan maksudnya.
9.
disunatkan membaca Al Qur’an dengan suara yang bagus
lagi merdu, sebab suara yang bagus dan merdu itu menambah keindahan uslubnya Al
Qur’an.
10. Sedapat-dapatnya
membaca Al Qur’an janganlah diputuskan hanya karena hendak berbicara dengan
orang lain. Hendaknya pembacaan diteruskan sampai ke batas yang telah
ditentukan, barulah disudahi. Juga dilarang tertawa-tawa, bermain-main dan
lain-lain yang semacam itu, ketika sedang membaca Al Qur’an. Sebab pekerjaan
yang seperti itu tidak layak dilakukan sewaktu membaca Kitab Suci dan berarti
tidak menghormati kesuciannya. (Depag RI, 1984:125-128).
5.
Metode Membaca Al Qur’an
a.
Macam-macam Metode Membaca Al Qur’an
Metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar
disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Kemampuan untuk memilih dan
menetapkan suatu metode harus memiliki guru semenjak awal sehingga tidak salah
dalam penggunaan metode tersebut. Pilihan suatu metode sangat bergantung pada :
1)
Tujuan yang ingin dicapai pada proses belajar mengajar.
2)
Siswa yang belajar, mengenai kemampuan dan latar
belakangnya.
3)
Guru yang mengajar, mengenai kemampuan dan latar
belakangnya.
4)
Keadaan proses belajar mengajar.
5)
Alat dan sarana yang tersedia. (Depag RI, 1994:85).
Dalam
penggunaan metode mengajar baca tulis Al Qur’an Mahmud Yunus mengemukakan 4
(empat) metode yaitu :
1)
Metode abjad yaitu mengajarkan huruf Al Qur’an dari
nama-nama huruf, kata perkata kemudian kalimat.
2)
Metode suara yaitu ada kesamaan dengan metode abjad
tetapi huruf diajarkan menurut bunyi.
3)
Metode kata-kata yaitu memperhatikan kata-kata yang
dibacakan guru kemudian menirukannya.
4)
Metode kalimat yaitu dimulai dari kalimat, kemudian
kata kemudian huruf. (Mahmud Yunus, 1981 : 6-20).
Sedangkan As’ad Humam berpendapat bahwa (1994:30)
“Dengan metode iqro’ metode ini mengandung/mempunyai 10 (sepuluh) sifat yaitu :
Bacaan langsung, CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), Privat/ Klasikal, Modul,
Praktis, Asistensi, Sistematis, Variatif, Komunikatif, Fleksibel.”
b.
Tingkat-tingkat Membaca Al Qur’an
Membaca Al
Qur’an adalah kewajiban setiap umat Islam dan barang siapa yang membacanya
merupakan amal ibadah yang akan mendapat pahala dari Allah SWT., maka belajar
membaca Al Qur’an hendaklah dimulai dari semenjak kecil, sebaiknya dari
semenjak usia 5 atau 6 tahun (Depag RI, 1984:128).
Sedangkan
Rasulullah SAW bersabda : Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang mau belajar Al
Qur’an dan mengajarkannya (Salim Bahreusyi, 1986:123).
Membaca
huruf-huruf Al Qur’an berarti mengenal dan memahami serta melafalkan jumlah
huruf-huruf dalam Al Qur’an sebanyak 29 buah (Muhammad Anwar, 1988:5).
Adapun
tingkat kemahiran membaca Al Qur’an secara sederhana dibagi menjadi beberapa
tingkat yaitu :
1.
Tingkat dasar yaitu dapat membaca Al Qur’an secara
sederhana (belum terikat oleh tajwid dan lagu).
2.
Tingkat menengah yaitu dapat membaca Al Qur’an dengan
mengikuti tanda baca dan cara lain sesuai dengan tajwid.
3.
Tingkat maju yaitu dapat membaca Al Qur’an dengan
bacaan dan lagu yang baik sesuai dengan bentuk-bentuk lagu.
4.
Tingkat mahir yaitu dapat membaca Al Qur’an dalam
berbagai cara (qiraat) (Depag RI, 1993:1).
B. Kajian Hasil Penelitian
Kemampuan membaca Al Qur’an dapat meningkat apabila ada
kemauan untuk belajar efektif dan kreatif disamping adanya guru yang mampu
mem-bimbingnya. Supaya transformasi pengetahuan dapat sampai kepada pikiran
siswa memerlukan dua hal penting yaitu : adanya kemampuan pengajar, adanya
kesiapan siswa.
Proses
Belajar Mengajar (PMB) tidak akan berhasil apabila pengajar tidak mempunyai
kemampuan mengungkapkannya dengan benar dan hati murid tidak siap menyambut
dengan terbuka pintunya guna memasukkan materi ilmu tersebut, sedang terbukanya
pikiran siswa adalah proses kerjasama antara guru dan murid (Fahd bin
Abdurrahman ar Rumi, 1996:194).
Kemampuan
pengucapan Al Qur’an harus dimulai dari mengenal membaca, memahami dan melafadzkan jumlah huruf
dalam Al Qur’an (Muhammad Anwar, 1988:5). Untuk dapat memahami dan melafadzkan
Al Qur’an dengan baik dan benar perlu proses pembelajaran yang efektif dan
memerlukan kesadaran, praktek, pengalaman dan latihan bukan karena secara
kebetulan (Nana Sudjana, 1990:5).
Supaya
siswa dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar harus dimulai semenjak
kecil dengan mengenalkan dan melafadzkan huruf Al Qur’an secara rutin dan
efektif. Sebab apabila tidak dimulai semenjak kecil dan sedini mungkin setelah
besar akan sulit melafadzkan huruf Al Qur’an secara benar, karena pengucapan
dan melafadzkan Al Qur’an. Reliata menunjukkan bahwa siswa kelas 7 D SMP Negeri
1 Ngemplak Boyolali masih banyak yang belum dapat membaca Al Qur’an dengan baik
dan benar, yang disebabkan kurangnya proses pembelajaran dan latihan pengucapan
huruf Al Qur’an. Walaupun seusia mereka masih dapat dibimbing dan dilatih
membaca Al Qur’an tetapi dengan syarat adanya kemauan belajar yang kuat dan
latihan yang efektif.
Al
Qur’an diturunkan ke dunia ini memang harus dipahami sebagaimana perintah Allah
SWT yang artinya : Sesungguhnya Kami menurunkan Al Qur’an dengan bahasa arab
agar kamu memahaminya (QS. Yusuf : 20).
Berdasarkan
teori dan realita di atas maka dapatlah digambarkan kerangka berpikir sebagai
berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Dalam
hal ini guru perlu menyusun rancangan pengajaran yang dapat berbentuk SP
(Satuan Pelajaran) atau semacamnya yang memungkinkan terciptanya interaksi
belajar mengajar dan melatihkan anak untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mempelajari Al Qur’an.
Di dalam
Kurikulum PAI (Pendidikan Agama Islam) tahun 1994 disebutkan bahwa tujuan
Pendidikan Agama Islam adalah : Meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan
dan pengamalan siswa tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Depag RI, 1993/1994:1).
Untuk
mencapai tujuan tersebut khususnya dalam membaca Al Qur’an disebutkan bahwa
setelah siswa lulus SMP diharapkan mampu membaca Al Qur’an dan menulisnya
dengan benar serta berusaha memahaminya (Depag RI, 1993/1994:4). Namun demikian
2 jam pelajaran yang disediakan dalam kurikulum untuk mata pelajaran PAI
(Pelajaran Agama Islam) dirasa tidak cukup untuk mencapai tujuan tersebut, maka
perlu diadakan tambahan jam pelajaran, supaya tujuan tersebut tercapai.
Guna
menjawab permasalahan di atas, maka profesionalitas guru dalam upaya
peningkatan kemampuan siswa membaca Al Qur’an perlu ditingkatkan.
Profesionalisme perlu dibahas karena berkaitan dengan upaya guru untuk
memperbaiki metode pembelajarannya, sehingga mencapai hasil belajar yang
optimal. Sedangkan usaha meningkatkan kemampuan siswa juga perlu dibahas,
karena erat kaitannya dengan usaha guru untuk meningkatkan profesionalisme
perbaikan pembelajaran, penyusunan perencanaan pengajaran dengan peng-optimalan
penggunaan metode karimah serta pemberian motivasi.
Guru
adalah jabatan profesional, dimana menuntut penguasaan wawasan yang mendasari
ketrampilannya yang menyangkut filosofis, pertimbangan rasional dan memiliki
sikap positif dalam melaksanakan memperkembangkan mutu karyanya (T. Raka Joni,
1980:6). Disamping itu profesional memiliki makna adil (ekspert),
tanggung jawab (responsibility) dan memiliki rasa kesejawatan (Piet A.
Sahertian, 1994:30). Dengan demikian seorang guru haruslah ahli dalam bidang
yang diajarkannya dan ahli dalam mendidik, memiliki rasa tanggung jawab
terhadap dirinya, murid, orang tua, masyarakat, bangsa dan negara, sesama
manusia dan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki rasa kesejawatan
dengan menjunjung tinggi korps dan meningkatkan citra guru.
Peningkatan
profesionalisme guru adalah upaya atau kegiatan yang dilakukan guru untuk
mencapai tingkat profesi yang optimal. Mereka yang sudah menjadi guru masih
terus membutuhkan pembinaan dan pengembangan profesi. Pertumbuhan jabatan
dikaitkan dengan peningkatan proses belajar mengajar. Dalam mengembangkan dan
meningkatkan diri guru mengikuti penataran-penataran, pelatihan, lokakarya,
mengikuti pendidikan lagi, membaca atau belajar sendiri. Peningkatan
profesionalisme guru dapat tumbuh dari segi eksternal yaitu pimpinan mendorong
guru untuk mengikuti penataran atau kegiatan akademik, dan dari segi internal,
dimana guru belajar sendiri untuk bertumbuh dalam jabatannya (Haris dan Oliva,
1981:350). Jika guru tidak menambah pengetahuannya yang baru maka ibarat
tanaman, guru itu menjadi gersang. Kepekaan guru terhadap masalah-masalah yang
dihadapi di kelasnya dan cepat bertindak merupakan cerminan guru yang
profesional.
Perbaikan
pembelajaran melalui refleksi diri terhadap pembelajaran yang telah dilakukan
dan peningkatan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah kelas merupakan
peningkatan profesionalisme. Guru tidak hanya sekedar menyajikan bahan-bahan
pelajaran untuk dihafal dan kemudian diukur tingkat penguasaannya, tetapi lebih
dari itu, guru harus merencanakan, mengelola, memimpin dan menilai proses
belajar dalam berbagai bidang pelajaran untuk tumbuhnya berbagai sikap,
kemampuan dan keterampilan pada berbagai bidang kehidupan (Soedijarto,
1992:83).
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Objek Tindakan
Yang menjadi objek tindakan dalam
penelitian ini adalah usaha peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an melalui
tambahan pelajaran Al Qur’an. Adapun penelitian ini dilakukan melalui siklus
yang berdaur ulang dan berkelanjutan, serta direncanakan dengan melaksanakan
tiga siklus. Setiap siklus dengan tiga tindakan yaitu penanaman konsep membaca
melalui huruf hijaiyah yang dirangkaikan dalam bentuk bunyi kalimat/kata dengan
latihan bersuara/ pengucapan huruf-huruf tersebut, penciptaan kondisi dan
pemberian kesempatan untuk membaca ayat Al Qur’an yang dilakukan dengan wujud
pengembangan belajar kreatif dan pengoptimalan penggunaan metode iqro’, drill,
dan demonstrasi. Setiap siklus meliputi tahapan observasi dan perencanaan
tindakan, implementasi tindakan dan monitoring penelitian, refleksi hasil
penelitian dan pengembangan.
B. Subjek Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilakukan di kelas VII D,
SMP Negeri 1 Ngemplak tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 40 siswa
terdiri dari 20 siswa putri dan 20 siswa putra. Aktor utamanya adalah guru
Pendidikan Agama Islam kelas VII D.
C.
Metode
Pengumpulan Data
Di
dalam penelitian untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian masalah yang
ilmiah banyak cara yang ditempuh, dengan tujuan agar data yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan. Adapun metode-metode dalam pe-nelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.
Metode Dokumentasi.
2.
Metode Angket.
3.
Metode Interview.
4.
Metode Observasi.
Untuk
lebih jelasnya maka di bawah ini akan penulis uraikan satu persatu sebagai
berikut :
1.
Metode Dokumentasi.
“Dokumentasi
dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis” (Suharsimi
Arikunto, 1993:89).
Di
dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki terutama berupa
arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku yang berkaitan dengan masalah
penelitian ini. Adapun yang penulis maksud dalam dokumen ini adalah daftar
siswa.
2.
Metode Angket.
Yang
dimaksud Angket adalah : “suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab atau
dikerjakan oleh orang yang menjadi sasaran angket” (Bimo Walgito, 1985:16).
Di
dalam penulisan angket ini penulis pergunakan dengan angket tertutup dan
diberikan tidak langsung pada subyek, akan tetapi melalui guru Pendidikan Agama
Islam yang penulis selidiki.
Di dalam penelitian ini dipakai metode angket sebagai
metode utama dalam pengumpulan data, dimana data tersebut adalah mengenai usaha
guru dalam meningkatkan kemampuan siswa membaca Al Qur’an melalui tambahan
pelajaran Al Qur’an.
3.
Metode Interview.
“Metode
interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula” (Hadari Nawawi,
1987:27).
Adapun
jenis interview yang penulis pergunakan adalah “Interview bebas terpimpin.”
Dalam hal ini penulis bukan saja sebagai pengumpul data melalui tanya jawab,
tetapi metode ini hanya sebagai metode bantu dari pada metode angket yang
penulis pergunakan sebagai metode pokok. Dari interview ini penulis dapat
mengetahui lebih jelas tentang bagaimana usaha peningkatan kemampuan membaca Al
Qur’an melalui tambahan pelajaran Al Qur’an.
4.
Metode Observasi.
Metode
observasi ini adalah “Suatu metode atau cara untuk me-ngumpulkan data yang
diinginkan dengan pengamatan secara langsung” (Abu Ahmadi, 1976:91).
Dengan metode
ini dimaksudkan penulis dapat mengetahui secara jelas dari subyek penelitian,
maka secara langsung peneliti (penulis) dapat mengamati hal yang ada
hubungannya dengan masalah yang penulis jadikan alat bantu utama dalam kebenaran
data.
Adapun jenis teknik observasi adalah sebagai berikut :
a.
Observasi patisipan – non partisipan.
b.
Observasi sistematis – non sistematis.
c.
Observasi eksperimental – non eksperimental.
ad.a. Observasi
partisipan – non partisipan
Suatu observasi disebut partisipan
jika orang yang mengadakan observasi turut ambil bagian dalam perikehidupan
orang atau orang-orang yang diobservasi. Kata partisipan mempunyai arti yang
penuh jika observer betul-betul turut berpartisipasi, bukan hanya pura-pura
semata. Jika unsur partisipasi sama sekali tidak terdapat di dalamnya,
observasi itu disebut non partisipan observation.
ad.b. Observasi
sistematis – non sistematis.
Isi
dan luas yang akan diobservasi dalam observasi sistematik umumnya lebih
terbatas. Persoalan-persoalan sudah dirumuskan secara teliti pula.
Jenis-jenis
gejala atau tingkah laku tertentu yang timbul dapat dihitung dan ditabulasikan.
ad.c. Observasi
eksperimental – non eksperimental.
Dalam observasi eksperimental, bahwa
observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk
semua observer. Oleh karena itu observasi eksperimental dipandang orang sebagai
cara penyelidikan yang relatif murni untuk menyelidiki pengaruh kondisi-kondisi
tertentu terhadap tingkah laku manusia.
Adapun jenis observasi yang penulis
pergunakan adalah “Teknik observasi sistematik karena dalam hal ini metode
observasi penulis pergunakan sebagai metode bantu, yang sekaligus akan
memberikan kemungkinan dalam penulis mencari data, sampai sejauh mana tentang
usaha peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an melalui tambahan pelajaran Al
Qur’an.
D. Metode Analisis Data
Setelah penulis mendapatkan data-data
selanjutnya dianalisa dengan analisa Diskriptif Prosentase dengan menggunakan
rumus :
Prosentasi = x 100%
Keterangan :
f = Fekwensi/alternatif jawaban.
N = Jumlah populasi.
E. Cara Pengambilan Kesimpulan
Pengambilan
kesimpulan dilakukan dengan cara menggunakan analisis deskriptif prosentase
yaitu dengan membandingkan siklus sebelumnya dengan siklus berikutnya dari
siklus I tindakan 1 sampai dengan siklus IV tindakan 3. Hasil analisis tersebut
digunakan untuk mengambil kesimpulan ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa
dalam membaca Al Qur’an melalui tambahan pelajaran Al-Qur’an.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN
A. Gambaran Selintas tentang Setting
Setting yang dipakai dalam penelitian
dengan model proses, dalam satu model ditetapkan dengan tiga proses penelitian
atau siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari tiga tindakan. Tindakan
pertama adalah penanaman pengetahuan mempelajari Al Qur’an melalui koinsep,
prinsip, teknik iqro’ dan sebagainya. Tindakan ketiga adalah memberi motivasi
dan tugas membaca dan menulis Al Qur’an. Dalam setiap siklus terdapat empat
tahapan yaitu : melaksanakan tindakan, memantau proses belajar mengajar,
mengevaluasi hasil pemantauan, dan mengadakan refleksi, meneliti kembali
tindakan yang telah dilakukan. Semua ini terus dilakukan berdaur ulang. Sebelum
melangkah ke siklus selanjutnya perlu memperhatikan dan mengacu pada keberhasilan
siklus sebelumnya dan berikutnya. Setiap tindakan dalam suatu siklus, dapat
meningkatkan kemampuan membaca Al Qur’an dan penambahan frekuensi dibandingkan
dengan siklus sebelumnya.
B. Uraian Penelitian Secara Keseluruhan
Kegiatan penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan mulai tanggal 2 September 2003 dengan diawali kegiatan observasi
sebagai penjajagan untuk memperoleh informasi dan gambaran terhadap
permasalahan serta tindakan yang telah dilakukan oleh guru kemudian dilanjutkan
dengan membahas hasil-hasil observasi, merencanakan dan menetapkan tindakan.
Rancangan penelitian ini menggunakan
model proses. Proses penelitian putaran I atau siklus I dilaksanakan pada
tanggal 21 s/d 26 Juli 2008, siklus II dilaksanakan pada tanggal 4 s/d 9
Agustus 2008, siklus III dilaksanakan pada tanggal 19 s/d 23 Agustus 2008 dan
siklus IV dilaksanakan pada tanggal 1 s/d 6 September 2008.
Dan penelitian ini dilaksanakan di
luar jam pelajaran formal yaitu 2 kali seminggu pada setiap hari Rabu mulai jam 12.00 WIB s/d 13.30. WIB dan hari
Jumat 13.30 WIB s.d. 15.00 WIB. Adapun
rencana tindakan guru, kepala sekolah dan peneliti dalam setiap siklus sebagai
berikut :
Tabel 1. Rencana Tindakan
Tindakan
Guru
|
Tindakan
Siswa
|
Tindakan
Penelitian
|
Siklus I
1.
Melaksanakan tindakan
a. Menanamkan
pengetahu-an tentang pentingnya mempelajari Al Qur’an (konsep, prinsip,
teknik/ iqro’, dsb.) dilaksanakan pada minggu I.
b. Menerapkan
pembelajaran dengan mengoptimalkan penggunaan metode Karimah dan menerapkan
belajar kreatif tingkat I mengguna
c. Memberi
motivasi dan tugas membaca/menulis Al Qur’an.
2.
Memantau proses belajar mengajar. Sambil
mengajar mengamati tindakannya dan mencatat peristiwa yang di-anggap penting
untuk me-ngetahui tingkat perubahan terhadap tindakan yang dilakukan.
|
Memahami dan mulai merespon tentang
pentingnya membaca Al Qur’an dan makna-nya.
Berlatih membaca dan memahami Al Qur’an.
Termotivasi untuk membaca/menulis Al
Qur’an.
|
Mengamati dengan menggunakan lembar
pengamatan tentang pentingnya mempe-lajari Al Qur’an.
Mengamati dan men-catat kemampuan siswa
membaca Al Qur’an.
Mengamati dan men-catat tindakan/reaksi
siswa.
Memantau perilaku guru dan murid untuk
mengetahui tingkat ke-tercapaiannya tujuan, dampaknya dan efekti-fitas
perbaikan pembe-lajaran.
|
3.
Mengevaluasi hasil peman-tauan. Mengolah data yang
dapat direkam dan memakai-nya serta menentukan keber-hasilan dan pencapaian
tujuan tindakan ataupun hasil sampingan dari pelaksanaan tindakan.
4.
Mengadakan refleksi I. Meneliti kembali tindakan yang
telah dilakukan.
|
|
Mengolah data dan memaknainya serta menentukan tingkat
keberhasilan tindakan.
Membantu guru untuk merefleksikan diri me-ngenai tindakan
kelas yang telah dilakukan.
|
Siklus II
1.
Merumuskan tindakan baru. Berdasarkan temuan pada
tahap evaluasi tentang bentuk perubahan yang perlu ditindaklanjuti, menyusun
rancangan tidnakan.
2.
Melaksanakan tindakan. Mengulang tindakan pada siklus
I dan memberi pe-nekanan pada pengoptimalan penggunaan emtode Karimah dan
drill serta penerapan belajar kreatif.
|
Lebih baik bacaannya dan tulisannya serta mencoba untuk
mengembangkan imajinasinya.
|
Bersama-sama meran-cang tindakan baru berdasar hasil
evaluasi tentang perubahan yang perlu ditindaklanjuti.
Mengamati dan men-catat tindakan guru dan tanggapan murid.
|
3.
Mengawasi hasil pemantauan
a.
Mengolah data sebelum dan setelah tindakan.
b.
Membandingkan perubahan setelah dan sebelum tindakan.
c.
Menemukan bentuk-bentuk perubahan yang perlu
ditindaklanjuti.
d.
Mengadakan refleksi II. Meninjau kembali tentang apa
yang telah dilakukan.
|
|
Mengolah data dan me-maknainya, menentu-kan tingkat
perubahan tindakan.
Membantu guru untuk merefleksikan diri.
|
Siklus III
1.
Merumuskan tindakan baru. Merencanakan mengulang
tindakan pada siklus II dan mempertajam penerapan belajar kreatif.
2.
Melaksanakan tindakan.
3.
Mengevaluasi hasil tindakan.
4.
Mengadakan refleksi.
|
Baik bacaan, tulisan dan pemahamannya
tentang Al Qur’an.
|
Memberikan pertim-bangan tindakan yang
perlu dipertajam dan kemungkinan tindakan baru.
Mengamati dan men-catat hal-hal yang
terjadi.
Mengolah dan memak-nai data.
Membantu guru untuk merefleksi dan memacu
guru untuk selalu merefleksi diri setiap melakukan proses belajar dan
mengajar.
|
Adapun
kegiatan dan pengamatan yang dilakukan peneliti dalam setiap siklus adalah
sebagai berikut :
a.
Kegiatan Guru : Guru kelas III sebagai aktor utama
dalam penelitian tindakan kelas ini melakukan serangkaian tindakan yaitu
menanamkan pentingnya membaca Al Qur’an dan memahami maknanya dengan meminta
siswa untuk belajar membaca Al Qur’an di rumah.
Guru
memberikan stimulus bahwa orang yang membaca Al Qur’an akan mendapat pahala
dari Allah SWT dan masuk surga. Disamping itu guru menyiapkan rencana
pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu membayar ayat Al Qur’an dengan
metode iqro’ dan belajar kreatif.
Pada
waktu melakukan tindakan, guru juga merekam apa yang telah dilaku-kan dan
reaksi siswa dengan menggunakan lembar pengamatan dan catatan-catatan kecil
tentang peristiwa yang terjadi. Pada waktu refleksi guru melihat kembali apa
yang telah dilakukan dengan bantuan peneliti yang lain dan hasil rekaman
tindakan yang telah dilakukan baik dengan catatan, lembar pengamatan atau
memutar kembali rekaman pita kaset dan bersama-sama dengan peneliti yang lain
berdiskusi dan menyusun rencana tindakan untuk siklus berikutnya.
b.
Kegiatan siswa : Siswa sebagai subyek yang dikenai
tindakan diharapkan tumbuh dan mampu membaca ayat Al Qur’an, mengikuti dan
mengadakan reaksi terhadap setiap tindakan guru. Siswa mempelajari Al Qur’an di
rumah kemudian menceritakan pengalamannya. Serta kesulitan yang dialami yang
nantinya dapat dicari jalan pemecahannya dan akhirnya mampu membaca Al Qur’an
dengan baik dan benar.
c.
Kegiatan peneliti yang lain: pada waktu guru memberikan
tindakan, peneliti yang lain secara bergantian (dua orang – dua orang)
melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan dan mencatat reaksi
siswa terhadap tindakan guru. Peneliti pada waktu kegiatan refleksi membantu
guru untuk merefleksi dengan memberi masukan atau cermin terhadap tindakan yang
telah dilakukan. Peneliti juga bersama dengan guru berdasar-kan hasil refleksi
menyusun rencana tindakan untuk siklus berikutnya.
d.
Kegiatan Kepala Sekolah : Memberikan pembinaan dan
masukan kepada guru dan peneliti yang lain dalam setiap tindakan, agar peneliti
yang lain dalam setiap tindakan, agar penelitian yang dilakukan sesuai dengan
sasaran yang diinginkan. Pemantauan yang dilakukan oleh peneliti pada saat guru
melakukan tindakan untuk setiap siklus dengan menggunakan lembar pengamatan dan
catatan untuk merekam reaksi siswa dan tindakan guru.
Lembar pengamatan digunakan untuk mengkafer frekuensi siswa
dalam membaca ayat Al Qur’an, sedangkan catatan dipergunakan untuk mencatat
reaksi siswa dan kesulitan yang muncul. Setiap siklus diakhiri dengan tahapan
refleksi. Peneliti terlibat dalam kegiatan pemaknaan dan pengem-bangan serta
membantu guru dalam kegiatan refleksi.
Data yang diperoleh dianalisis deskriptif prosentase dan
untuk menge-tahui perubahan peningkatan siswa dalam membaca Al Qur’an dilakukan
dengan membandingkan tindakan sebelumnya. Kemudian dibahas bersama dengan
harapan masing-masing akan dapat mengungkap tindakan yang dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mempelajari Al Qur’an. Dari hasil tersebut
ditindaklanjuti dengan upaya pengembangan pada tindakan-tindakan yang mungkin
dapat ditindaklanjuti dan dikembangkan.
Jika rencana tindakan berdasarkan pemaknaan dan pengembangan
tidak menghasilkan perubahan yang dapat menumbuhkan kemampuan siswa untuk
membaca Al Qur’an, maka rencana tindakan untuk siklus berikutnya perlu direvisi
dengan tindakan baru yang dapat menghasilkan perubahan yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca
dan mempelajari Al Qur’an dengan baik dan benar.
C. Penjelasan Per Siklus
1. Siklus I
Tindakan I. Guru menanamkan pentingnya
dapat membaca Al Qur’an akan mendapat pahala dari Allah SWT dan dapat masuk
surga.
Pada tindakan ini guru menuliskan QS.
Ad-Dhuha ayat 1 s.d. 11 di papan tulis,
kemudian membacakannya serta murid mendengarkan dengan seksama.
Tindakan II. Menyusun rencana
pembelajaran dan melaksanakannya dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menirukan ucapan guru tentang bacaan QS Ad-Dhuha ayat 1 s.d. 11 secara
bersama-sama dan satu persatu.
Tindakan III.
Memotivasi siswa baik secara verbal maupun nonverbal (senyuman, anggukan dan
kata bagus atau benar).
2. Siklus II
Tindakan I :
Menanamkan pentingnya membaca Al Qur’an dan menerang-kan arti serta maksud
bacaan QS. At Tiin ayat 1 s.d. 8 dan menugaskan siswa untuk mempelajari dan
mempersiapkan materi untuk pertemuan berikutnya.
Tindakan II.
Merencanakan pembelajaran dan melaksanakan dengan metode Karimah, drill dan
demonstrasi serta memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca QS. At Tiin
ayat 1 s.d. 8 satu persatu.
Tindakan III. Memberi
motivasi dengan memberi nilai kepada siswa yang telah selesai membaca QS. At
Tiin ayat 1 s.d. 8
3. Siklus III
Tindakan I.
Mengingatkan pentingnya membaca Al Qur’an dengan baik dan benar, menugaskan
kepada siswa untuk membaca dan mengartikan QS.Ash-Shof ayat 1 s.d. 10 serta
menerangkan bacaan yang mengandung tajwid.
Tindakan II.
Merancang dan melaksanakan pembelajaran membaca QS. Ash-Shof ayat 1 s.d. 10 dengan mengoptimalkan penggunaan metode
KARIMAH, drill dan demonstrasi. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
mendemons-trasikan bacaan Al Qur’an serta belajar kreatif (satuan pelajaran
kreatif, terlampir).
Tindakan III.
Pemberian motivasi dengan memberi pujian dan nilai kepada siswa yang telah
selesai membaca dan mengetahui artinya.
4. Siklus IV
Tindakan I.
Mengingatkan pentingnya membaca Al Qur’an dan meminta kepada siswa untuk
membaca materi pelajaran yang telah diberikan satu persatu.
Tindakan
II. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih membaca ayat Al Qur’an
dan merancang serta melaksanakan pembelajaran dengan sistem CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif), kemudian memberi nilai dan pujian kepada siswa yang telah selesai
membaca Al Qur’an.
Tindakan
III. Memberikan motivasi berupa pujian dan rangsangan agar siswa senang membaca
Al Qur’an, sehingga dapat dilaksanakan setiap saat dan setiap ada kesempatan,
sehingga membaca Al Qur’an merupakan bagian dari kebutuhan hidupnya.
D. Proses Menganalisis Data
Setelah
melaksanaakan dan menyelesaikan tindakan pada setiap siklus, tim peneliti
melakukan diskusi dan mengadakan refleksi. Peneliti dapat memberikan laporan
hasil pantauannya sehingga dapat direfleksi pembelajaran yang telah
dilakukannya. Dari hasil pantauan tersebut dapat dilihat frekuensi siswa dalam
membaca ayat Al Qur’an yang kemudian dapat dilakukan proses analisis data.
Tabel
2. Frekuensi Membaca Ayat Al Qur’an Siswa
Kelas 7 D SMP Negeri 1 Ngemplak Kabupaten Boyolali
Siklus
|
Tindakan
|
Membaca
|
||
Tidak dapat
|
Dapat
|
Dapat/faham
|
||
I
|
1
2
3
|
36
30
28
|
4
10
12
|
3
6
9
|
Rata-rata
|
-
|
31
|
8
|
6
|
II
|
1
2
3
|
26
22
19
|
14
18
21
|
12
16
18
|
Rata-rata
|
-
|
22
|
17
|
15
|
III
|
1
2
3
|
15
12
8
|
25
28
32
|
22
25
28
|
Rata-rata
|
-
|
11
|
21
|
25
|
IV
|
1
2
3
|
5
3
1
|
35
37
39
|
33
36
38
|
Rata-rata
|
-
|
3
|
37
|
39
|
Dari tabel 2 dapat dilihat hasil
tindakan pada setiap siklus. Pada siklus I dari 40 siswa ada 36 siswa yang
tidak dapat membaca ayat Al Qur’an, berarti ada 90%. Yang dapat membaca ayat Al
Qur’an ada 4 siswa berarti ada 10% dan yang sudah dapat membaca dan faham ayat
Al Qur’an ada 3 siswa berarti ada 7,5%.
Setelah diadakan diskusi dan guru
mengadakan refleksi terhadap tindakannya ditemukan bahwa siswa kurang latihan
membaca Al Qur’an di rumah. Materi membaca Al Qur’an yang diberikan di sekolah
sangat kurang, sehingga materi yang diterima siswa juga kurang sekali disamping
minat baca Al Qur’an siswa yang rendah. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi
tersebut disusun rencana pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk membaca dan memahami ayat Al Qur’an.
Pada siklus I tindakan ke 2, dari 40
siswa yang tidak dapat membaca ayat Al Qur’an menurun menjadi 30 siswa berarti
75 % atau turun 15%. Yang dapat dan faham membaca ayat Al Qur’an ada 6 siswa
berarti 15 % atau naik7,5 %. Penguasaan membaca siswa nampak ada kelebihan,
karena guru telah membacakan terlebih dahulu dan siswa menirukannya, kemudian
guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca bersama dan sendiri-sendiri.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi
tersebut, dirancang untuk tindakan berikutnya, tetap pada rancangan tindakan 1
dan 2 ditambah dengan pemberian motivasi (senyum, anggukan, dan kata
bagus/benar) pada setiap siswa yang telah selesai membaca ayat Al Qur’an. Untuk
tindakan ke 3 dari siklus I yang tidak dapat membaca ayat Al Qur’an menurun
lagi menjadi 28 siswa 70 % atau turun 5 %. Yang dapat membaca Al Qur’an ada 12
siswa (30 %) atau naik 5,93%, yang dapat dan faham membaca ayat Al Qur’an ada 9
siswa (22,5 %) berarti naik 5,19%.
Rata-rata siswa dalam membaca Al Qur’an
pada siklus I, yang tidak dapat membaca Al Qur’an adalah 31 siswa (77,5 %),
yang dapat membaca ayat Al Qur’an ada 8 siswa (20 %) dan yang dapat/faham
membaca ayat Al Qur’an ada 6 siswa (15 %). Meski demikian, pada siklus I ini
sudah mulai nampak adanya kemajuan/peningkatan siswa dalam membaca Al Qur’an.
Setelah
siklus I berakhir, dilaksanakan diskusi dan refleksi untuk menyusun tindakan
pada siklus II. Dalam refleksi tersebut dapat diungkapkan bahwa guru mersa
masih belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca ayat Al Qur’an
yang lebih banyak lagi. Oleh karena itu pada siklus I, dengan lebih memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar membaca dan memahami Al Qur’an dengan
pengoptimalan metede iqro’.
Dari
tabel 2 dapat dilihat untuk siklus II tindakan I, bahwa yang tidak dapat
membaca ayat Al Qur’an 26 siswa (65%), yang dapat membaca 14 siswa (35 %) dan
yang dapat dan faham membaca ayat Al Qur’an 12 siswa (30 %). Untuk tindakan 2,
yang tidak dapat membaca 22 siswa (55 %), yang dapat membaca 18 siswa (45 %),
yang dapat/faham membaca ayat Al Qur’an ada 16 siswa (40 %). Tindakan 3, yang
tidak dapat membaca 19 siswa (47,5 %), yang dapat membaca 21 siswa (52,5 %),
yang dapat/faham membaca ayat Al Qur’an 18 siswa (45 %).
Jadi
pada siklus II ini yang tidak dapat membaca ayat Al Qur’an turun 17,5 % dan yang dapat membaca naik 17,5 %, serta yang dapat/faham naik 15 %.
Pencapaian hasil penumbuhan ini berdasarkan refleksi guru selaku aktor utama
dalam penelitian ini masih merasa belum menyiapkan permasalahan yang dihadapi
siswa terutama dalam menyiapkan permasalahan yang dihadapi siswa terutama dalam
melaksanakan tindakan penerapan metode membaca Al Qur’an. Sehingga masih
terdapat siswa yang belum dapat membaca ayat Al Qur’an dengan baik dan benar.
Oleh karena itu setelah diadakan diskusi dan refleksi, direncanakan
dilaksanakan siklus III.
Hasil
dan analisis siklus III yaitu pada tindakan I, siswa yang tidak dapat membaca
ayat Al Qur’an ada 15 siswa (37,5 %), yang dapat membaca 25 siswa (62,5 %), dan
yang dapat/faham membaca ada 22 siswa ( 55 %). Pada tindakan 2, yang tidak
dapat membaca ada 12 siswa (30 %), yang dapat membaca 28 siswa (70 %), yang dapat/faham
dalam membaca ada 25 siswa (62,5 %). Pada tindakan 3, yang tidak dapat membaca
ada 5 siswa (12,5 %), yang dapat membaca 35 siswa (87,5%), dan yang dapat/faham
ada 33 siswa (82,5 %).
Jadi
pada siklus III ini yang tidak dapat membaca Al Qur’an turun 25 % dan yang dapat
membaca Al Qur’an naik 25 %, serta yang dapat/faham dalam membaca Al Qur’an
naik 27,5 %, yang disebabkan karena guru mengoptimal-kan metode dan
pembimbingannya.
Pada
siklus IV diperoleh hasil yaitu tindakan I, jumlah siswa yang tidak dapat
membaca Al Qur’an sebanyak 5 siswa (12,5 %), yang dapat membaca 35 siswa (87,5 %),
dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 33 siswa (82,5%). Pada tindakan 2, siswa
yang tidak dapat membaca Al Qur’an 3 siswa (7,5%), yang dapat membaca 37 siswa
(92,5%), dan yang sudah dapat/ faham ada 36 siswa (90 %). Sedangkan pada
tindakan 3, yang tidak dapat membaca Al Qur’an ada 1 siswa (2,5 %), yang dapat
membaca 39 siswa (97,5 %), dan yang dapat/faham ada 39 siswa (97,5 %).
Dengan
demikian mulai dari siklus I tindakan 1 sampai dengan siklus IV tindakan 3
siswa yang tidak dapat membaca Al Qur’an 36 siswa menjadi 1 siswa, berarti
mengalami penurunan 87,5 %, sedangkan siswa yang dapat membaca Al Qur’an dari 4
siswa menjadi 39 siswa, berarti mengalami peningkatan 87,5 %, sedangkan siswa
yang dapat/faham membaca Al Qur’an dari 3 siswa menjadi 38 siswa, berarti juga
mengalami peningkatan 87,5 %.
Untuk
mengetahui lebih jelas tentang peningkatan siswa dalam membaca Al Qur’an dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel
3. Prosentase Membaca Al Qur’an Siswa
Kelas 7 SMP Negeri 1 Ngemplak Kabupaten Boyolali
Siklus
|
Membaca
|
||
Tidak dapat
|
Dapat
|
Dapat/faham
|
|
I
II
III
IV
|
77,5
55
27,5
7,5
|
20
42,5
70
92,5
|
15
37,5
62,5
97,5
|
Dari
tabel tersebut di atas dapat digambarkan histogram sebagai berikut :
Siklus
Gambar 2. Histogram
Persentase tidak dapat membaca.
Siklus
Gambar 3. Histogram
Persentase dapat membaca.
Siklus
Gambar 4. Histogram
Persentase dapat/faham membaca.
E. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan
Dari hasil pengumpulan data yang
kemudian dianalisis dengan diskripsi prosentase dan dirangkum dalam tabel dan
digambarkan dalam histogram di atas, menunjukkan bahwa persentase siswa yang
dapat membaca Al Qur’an mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I
yang dapat membaca Al Qur’an 20 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 15 %.
Siklus II yang dapat membaca Al Qur’an 42,5 % dan yang dapat/faham membaca Al
Qur’an 37,5 %. Siklus III yang dapat membaca Al Qur’an 70 % dan yang dapat/faham
membaca Al Qur’an 62,5 %. Siklus IV yang dapat membaca Al Qur’an 92,5% dan yang
dapat/faham membaca Al Qur’an 97,5 %. Jadi secara keseluruhan siswa yang dapat
membaca Al Qur’an mengalami peningkatan 87,5 %.
Dari keseluruhan siklus yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa guru telah mampu mengupayakan siswa kelas VII
D SMP Negeri 1 Ngemplak kabupaten Boyolali dalam membaca Al Qur’an lewat
tambahan pelajaran Al Qur’an. Hal ini nampak jelas dalam tabel 3. Setiap siklus
membawa dampak positif ke arah pertumbuhan/peningkatan.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapatlah
penulis menarik kesimpulan dari hasil analisa diskripsi prosentase menunjukkan
bahwa persentase siswa yang dapat membaca Al Qur’an mengalami peningkatan pada
setiap siklus. Pada siklus I yang dapat membaca Al Qur’an 20 % dan yang
dapat/faham membaca Al Qur’an 15 %. Siklus II yang dapat membaca Al Qur’an 42,5
% dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 37,5 %. Siklus III yang dapat membaca
Al Qur’an 70 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 62,5 %. Siklus IV yang
dapat membaca Al Qur’an 92,5% dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 97,5 %.
Jadi secara keseluruhan siswa yang dapat membaca Al Qur’an mengalami
peningkatan 87,5 %.
Dengan demikian jika guru melakukan
upaya-upaya (menanamkan pentingnya membaca Al Qur’an, pengembangan belajar
kreatif dengan pengoptimalan metode KARIMAH, drill dan demonstrasi serta
pemberian motivasi) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca membaca Al
Qur’an maka siswa akan dapat membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
Model peningkatan kemampuan siswa dalam
membaca Al Qur’an telah terbukti dapat meningkatkan persentase dan kualitas
membaca Al Qur’an. Dengan demikian model ini dapat digunakan dan dikembangkan
untuk membantu guru dalam memecahkan persoalan yang sejenis untuk kelas yang
berbeda dengan latar belakang yang hampir sama. Perlu diadakan penelitian
lanjutan tentang usaha guru dalam menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca Al Qur’an.
B. Saran untuk Tindakan Lebih Lanjut
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian
ini diberikan saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi para pelaksana
pendidikan khususnya guru Pendidikan Agama Islam, yaitu :
1.
Guru-guru dalam menyampaikan materi mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam hendaknya mempersiapkan materi yang akan disajikan
secara matang serta dapat memanfaatkan metode pengajaran yang tepat.
2.
Melalui tambahan pelajaran Al Qur’an kepada Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Ngemplak diharapkan mampu menerapkan
metode Karimah, drill dan demonstrasi dalam proses pembelajaran membaca Al
Qur’an, mengingat bahwa dengan menggunakan metode tersebut dapat meningkatkan
kemampuan membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.
3.
Kepada peneliti lain diharapkan dapat mengkaji secara
lebih dalam dan luas melalui kegiatan penelitian yang terkait dengan masalah
tersebut, sehingga hasilnya dapat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini.
Demikianlah semoga Karya Tulis Ilmiah
yang sederhana ini dapat ber-manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, 1976. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Semarang : Toha Putra.
As’ad Humam, 1994. Buku Iqro’ Cara Cepat Membaca Al Qur’an,
edisi revisi, Yogyakarta : AMM (Angkatan Muda
Masjid-Mushola).
Bimo Walgito, 1985. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : Yasbit.
Fak. Psikologi UGM.
Budiyono, 1995. Beban
Tugas Guru dan Kualitas Proses Belajar Mengajar, Laporan Penelitian.
Departemen Agama RI. 1989. Al Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta : Yayasan
Penyelenggaraan Penterjemahan Al Qur’an.
Fahd Bin Abdurrahman Ar Rumi, Terjemahan Amirul Hasan dan
Muhammad Halagi, 1996. Ulumul Qur’an. Yogyakarta :
Titian Ilahi.
Hadari Nawawi, 1987. Metode Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Gajah
Mada University .
Mahmud Yunus, 1981. Metodik Khusus Bahasa Arab. Jakarta : PT. Hilda Karya.
Piet A. Sehertian, 1994. Profil
Pendidikan Profesional, Yogyakarta : Andi
Ofset.
Raka Joni T. 1980, Pengembangan
Kurikulum IKIP/FIP/FKG Suatu Kasus Pen-didikan Berdasar Kompetensi. Jakarta , Depdikbud, P3G.
Salim Bahreusyi. 1986. Terjemahan Riadus Sholihin II. Bandung : Al Ma’arif.
Soedijarto, 1993. Memantapkan
Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta :
Gramedia, Widiasarana Indonesia .
Suharsimi Arikunto, 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta : Bina Aksara.
Sutrisno Hadi, 1983. Metodologi Research II. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fak. Psikologi UGM.
Syekh Ahmad Al Basyuni, 1994. Syarah Hadits. Bandung : Trigenda Karya.
Winarno Surahmad, 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah Metode
Teknik. Bandung :
Tarsito.
LAMPIRAN
INSTRUMEN
PENELITIAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL QUR’AN
DENGAN
METODE KARIMAH
Hari dan tanggal : Kelas :
Mata Pelajaran : Jumlah
siswa :
Waktu/Jam : Laki-laki :
Guru : Perempuan :
Pengamat/Peneliti :
PETUNJUK
:
Lingkarilah bilangan yang sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya pada pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !
1.
Berapa kali guru memberi kesempatan pada murid untuk
membaca ayat Al Qur’an ?
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
2.
Berapa siswa yang berani membaca ayat Al Qur’an di
papan tulis ?
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
3.
Berapa siswa yang sering membaca ayat Al Qur’an ?
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
4.
Berapa siswa yang belum dapat membaca ayat Al Qur’an ?
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
5.
Berapa siswa yang dapat membaca ayat Al Qur’an ?
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
6.
Berapa siswa yang sudah mahir membaca Al Qur’an ?
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
7.
Berapa siswa yang merasa sulit membaca ayat Al Qur’an ?
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
8.
Berapa jam waktu yang digunakan menambah pelajaran Al
Qur’an?
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
PETUNJUK
Jawablah
pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi !
9.
Metode apakah yang dipakai guru dalam mengajar Al
Qur’an ?
Jawab
: ......
10. Bagaimana
gairah siswa dalam mempelajari Al Qur’an ?
Jawab
: ......
11. Bagaimana
keadaan siswa apabila guru sedang melaksanakan tindakan ?
Jawab
: ......
12. Bagaimana
situasi pada waktu proses belajar mengajar berlangsung ?
Jawab
: ......
13. Apakah
ada peningkatan kemampuan siswa dalam mempelajari/membaca Al Qur’an ?
Jawab
: ......
14. Untuk
membantu dalam observasi kegiatan siswa dalam membaca Al Qur’an berilah tanda Ö pada
kolom yang telah disediakan sesuai dengan keadaan siswa!
Nama Siswa
|
Tindakan
|
Membaca
|
||
Tidak dapat
|
Dapat
|
Dapat/faham
|
||
A
|
1
2
3
|
|
|
|
B
|
1
2
3
|
|
|
|
C
|
1
2
3
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
PROGRAM SATUAN PELAJARAN
Mata Pelajaran : Pendidikan
Agama Islam
Pokok Bahasan : Al
Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat 1 s.d 11, Surat At Tiin ayat 1 s.d 8 dan Surat
Ash-Shof ayat 1 s.d 10
Sub Pokok Bahasan : 3.1.1. Al
Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat 1 s.d 11 tentang larangan menghina
anak yatim dan menghardik orang-orang yang minta-minta dan perintah
menyebut-nyebut nikmat yang diberikan Allah sebagai tanda bersyukur.
3.1.2. Al Qur’an At Tiin ayat 1 s.d .8 tentang
perintah larangan menghina anak yatim dan menghardik
orang-orang yang minta-minta dan perintah menyebut-nyebut nikmat yang diberikan
Allah sebagai tanda bersyukur.
3.1.3. Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 1 s.d 10 tentang larangan
menghina anak yatim dan menghardik orang-orang yang minta-minta dan perintah
menyebut-nyebut nikmat yang diberikan Allah sebagai tanda bersyukur.
Kelas/Semester : VII/1
Waktu : 4 jam pelajaran (2x pertemuan).
I.
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Siswa mampu membaca,
menyalin, mengartikan dan menyimpulkan kandungan Al Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat
1 s.d 11 tentang larangan menghina anak yatim dan menghardik
orang-orang yang minta-minta dan perintah menyebut-nyebut nikmat yang diberikan
Allah sebagai tanda bersyukur, Al Qur’an At Tiin ayat 1 s.d .8 tentang
perintah larangan menghina anak yatim dan menghardik
orang-orang yang minta-minta dan perintah menyebut-nyebut nikmat yang diberikan
Allah sebagai tanda bersyukur, Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 1 s.d 10
tentang larangan menghina anak yatim dan menghardik orang-orang
yang minta-minta dan perintah menyebut-nyebut nikmat yang diberikan Allah
sebagai tanda bersyukur.
Tujuan Instruksional Khusus (TPK)
Setelah proses belajar mengajar
siswa diharapkan dapat :
Pertemuan I
1.
Membaca dengan fasih . Al Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat 1
s.d 11
2.
Menyalin dengan baik dan benar Al Qur’an Surat Ad-Dhuha
ayat 1 s.d 11.
3.
Mengartikan dengan benar Al Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat
1 s.d 11
4.
Menyimpulkan Al Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat 1 s.d 11
Pertemuan II
1.
Membaca dengan fasih Al Qur’an At Tiin ayat 1 s.d .8
2.
Menyalin dengan baik dan benar Al Qur’an At Tiin ayat 1
s.d .8
3.
Mengartikan dengan benar Al Qur’an At Tiin ayat 1 s.d
.8
4.
Menyimpulkan Al Qur’an At Tiin ayat 1 s.d .8
Pertemuan III
1.
Membaca dengan fasih Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 1
s.d .5
2.
Menyalin dengan baik dan benar Al Qur’an Surat Ash-Shof
ayat 1 s.d 5.
3.
Mengartikan dengan benar Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat
1 s.d 5.
4.
Menyimpulkan Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 1 s.d 5.
Pertemuan IV
1.
Membaca dengan fasih Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 6
s.d 10.
2.
Menyalin dengan baik dan benar Al Qur’an Surat Ash-Shof
ayat 6 s.d 10.
3.
Mengartikan dengan benar Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat
6 s.d 10.
4.
Menyimpulkan Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 6 s.d 10.
II.
Materi Pelajaran
Pertemuan I
1.
Bacaan dan salinan Al Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat 1 s.d
11
2.
Arti dan kesimpulan Al Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat 1 s.d
11.
Pertemuan II
1.
Bacaan dan salinan Al Qur’an At Tiin ayat 1 s.d .8
2.
Arti dan kesimpulan Al Qur’an At Tiin ayat 1 s.d .8
Pertemuan III
1.
Bacaan dan salinan Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 1 s.d
5
2.
Arti dan kesimpulan Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 1 s.d
5.
Pertemuan IV
1.
Bacaan dan salinan Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 6 s.d
10
2.
Arti dan kesimpulan Al Qur’an Surat Ash-Shof ayat 6 s.d
10.
III. Kegiatan
Belajar Mengajar
1.
Pendekatan : Pembiasaan, Pengalaman, Fungsional,
Rasional.
2.
Metode : Ceramah, resitasi, latihan dan demonstrasi.
Langkah-langkah :
Pertemuan I
1.
Guru menulis di
papan tulis, siswa menyalin dalam buku tulis masing-masing.
2.
Guru membacakan, siswa menirukan berulang-ulang.
3.
Mengartikan Al Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat 1 s.d 11
4.
Menyimpulkan Al Qur’an Surat Ad-Dhuha ayat 1 s.d 11.
Pertemuan II
1.
Guru membacakan yang telah ditulis di papan tulis, siswa
menulis dan menirukan bacaan yang telah disampaikan secara berulang-ulang.
2.
Guru mengartikan dan menyimpulkan Al Qur’an At Tiin
ayat 1 s.d .8
3.
Siswa
menulis-kan dalam buku tulisnya masing-masing.
Pertemuan III
1.
Guru menuliskan kemudian membacakan , siswa menyalin
kemudian menirukan secara berulang-ulang.
2.
Guru mengartikan kemudian menyimpulkan Al Qur’an Surat
Ash-Shof ayat 1 s.d 5
3.
Siswa menuliskan dalam buku tulisnya masing-masing.
Pertemuan IV
1.
Guru menuliskan di papan tulis dan membacakan Al Qur’an
Surat Ash-Shof ayat 6 s.d 10
2.
Siswa menyalin
dan menirukan secara berulang-ulang.
3.
Guru mengartikan dan menyimpulkan Al Qur’an Surat
Ash-Shof ayat 6 s.d 10
4.
, Siswa menuliskan dalam buku masing-masing.
IV. Sumber
1.
Al Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI .
2.
Buku Paket PAI Jilid I, Depag RI .
3.
Buku Materi Pendidikan Agama Islam SMP Negeri l
Ngemplak
V.
Evaluasi
1.
Prosedur : Pos Tes.
2.
Alat Evaluasi : Tes lesan dan tertulis.
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru
Mata Pelajaran
___________________ ___________________
NIP. NIP.
|
DENGAN METODE KARIMAH SISWA
KELAS VII D SMPN I NGEMPLAK BOYOLALI
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Oleh :
Drs.
FATHUR ROCHIM,SPDI,MSI
NIP.131832846
PANGKAT/GOL.RUANG : PEMBINA
IV/a
UNIT
KERJA :
SMP NEGERI 1 NGEMPLAK
KABUPATEN : BOYOLALI
Judul Karya Tulis : PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL QUR’AN DENGAN METODE KARIMAH SISWA KELAS VII
D SMP NEGERI I NGEMPLAK KABUPATEN
BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Nama Penulis :
Drs. FATHUR ROCHIM,SPDI,MSI
NIP :
131832846
Tugas Pokok :
Guru Mapel Pendidikan Agam Islam
Unit kerja :
SMP NEGERI I NGEMPLAK
Alamat :
Ngeserep, Ngemplak, Boyolali
Telp.(0271)780420
Ngemplak,
25 September 2008
Kepala
Sekolah
SMP
Negeri I Ngemplak
Drs.
HARTOKO,MM.
NIP.131768561
|
ABSTRAK
Fathur Rochim : PENINGKATAN
KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR'AN DENGAN METODE KARIMAH SISWA KELAS 7 D SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 NGEMPLAK TAHUN 2008/2009.
Permasalahan pokok yang akan dipecahkan
lewat penelitian tindakan kelas ini adalah : Usaha guru dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an. Tujuannya supaya siswa dapat membaca
Al-Qur'an dengan baik dan benar. Hipotesis tindakannya adalah : jika guru
melaksanakan tambahan pelajaran membaca Al-Qur'an maka siswa dapat membaca
Al-Qur'an dengan baik dan benar.
Penelitian ini merupakan tindakan guru
untuk memperbaiki proses pengajaran pendidikan agama Islam terutama dalam
membaca ayat Al-Qur'an di kelas 3 SMP Negeri 1 Ngemplak kabupaten Boyolali dan
aktor utamanya adalah guru pendidikan agama Islam kelas 3. penelitian dilakukan
dalam 4 siklus dan meliputi 4 tahapan yaitu : observasi, perencanaan untuk
siklus berikutnya.
Setiap siklus terdiri dari 3 tindakan
yaitu : penanaman pentingnya membaca Al-Qur'an, pengembangan belajar kreatif
dengan mengoptimalkan penggunaan metode iqro', drill, dan demontrasi, dan
pemberian motivasi (pujian). Untuk memantau status kemajuan siswa dalam membaca
Al-Qur'an serta merekam tindakan guru dan reaksi siswa menggunakan alat bantu
lembar pengamatan dan catatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase
siswa yang dapat membaca Al-Qur'an mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada
siklus I yang dapat membaca Al Qur’an 20 % dan yang dapat/faham membaca Al
Qur’an 15 %. Siklus II yang dapat membaca Al Qur’an 42,5 % dan yang dapat/faham
membaca Al Qur’an 37,5 %. Siklus III yang dapat membaca Al Qur’an 70 % dan yang
dapat/faham membaca Al Qur’an 62,5 %. Siklus IV yang dapat membaca Al Qur’an
92,5% dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 97,5 %. Jadi secara keseluruhan
siswa yang dapat membaca Al Qur’an mengalami peningkatan 87,5 %.
|
Model peningkatan kemampuan
siswa dalam membaca Al-Qur'an telah terbukti dapat meningkatkan persentase dan
kualitas membaca Al-Qur'an. Dengan demikian model ini dapat digunakan dan
dikembangkan untuk membantu guru dalam memecahkan persoalan yang sejenis untuk
kelas yang berbeda dengan latar belakang yang hampir sama. Perlu diadakan
penelitian lanjutan tentang usaha guru dalam menjaga dan meningkatkan kemampuan
siswa dalam membaca Al-Qur'an.
|
|
Dengan
mengucapkan syukur kepada Alloh SWT. Penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah dengan selamat. Karya tulis ini dibuat/disusun untuk melengkapi persyaratan sebagai peserta Lomba Inovasi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Departemen Pendidikan Nasional
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini banyak pihak yang
membantu dan memberikan sumbangan pemikiran, petunjuk, saran yang berguna.
Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
:
1. Kepada
SMP N I Ngemplak yang telah memberi izin dan dorongan untuk mengadakan penelitian
2. Rekan
– rekan sejawat yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dan memberikan dorongan dalam penelitian sehingga dapat berhasil dengan baik
dan lancar.
Sumbangan saran yang bersifat memperbaiki,
demi sempurnanya karya tulis ilmiah ini sangat diharapkan. Semoga karya tulis
ini dapat berguna khususnya penulis, dan pembaca pada umumnya.
Ngemplak, September
2008
Penulis
|
Drs. Fathur
Rochim,SPDI,MSI
NIP.131832846
|
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR
PENGESAHAN.......................................................................... ii
ABSTRAK
.................................................................................................... iii
KATA
PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR
ISI................................................................................................. vi
DAFTAR
LAMPIRAN.................................................................................
vii
BAB I.
PENDAHULUAN....................................................................... 1
A.
Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B.
Identifikasi Masalah ................................................................ 3
C.
Pembatasan dan Rumusan Masalah ......................................... 3
D.
Tujuan Penelitian...................................................................... 4
E.
Manfaat Hasil Penelitian .......................................................... 4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA .................................................................. 5
A.
Kajian Teori ............................................................................ 5
B.
Kajian Hasil Penelitian ............................................................. 11
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 15
A.
Objek Tindakan ....................................................................... 15
B.
Subjek Penelitian ...................................................................... 15
C.
Metode Pengumpulan Data ..................................................... 15
D.
Metode Analisis Data............................................................... 18
E.
Cara Pengambilan Kesimpulan ................................................. 18
BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................... 19
A.
Gambaran Selintas Tentang Setting ......................................... 19
B.
Uraian Penelitian Secara Umum .............................................. 19
C.
Penjelasan Per Siklus ................................................................ 24
D.
Proses Menganalisis Data ........................................................ 26
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 32
A.
Kesimpulan .............................................................................. 32
B.
Saran untuk Tindakan Lebih Lanjut ........................................ 32
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................... 34
|
|
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ................................................................ 36
Lampiran 2. Program Satuan Pelajaran ........................................................ 38
|
bagus pak.mohon izin mengunduh.trimakasih
BalasHapussangat membantu, mohon izin mengunduh.terima kasih
BalasHapusLUAR BIASA PTK, MOHON IJIN MENGUNDUHNYA YA PAK.
BalasHapusSaya mhn izin tuk mengunduh. Sukron Katsir Jazakallah ahsanal jaza'
BalasHapusBagus, terima kasih, mohon ijin unduh
BalasHapusterima kasih, bagus banget.
BalasHapusalhamdulillah dapat membantu tugas saya
sekali lagi, jazakumullah khairon katsiran
terinpirasi banget. mohon ijin unduh semoga menjadi amal baik menjadi limpahan pahala.
BalasHapusTerima kasih, sangat menginspirasi. ijin ngunduh semoga menjadi amal jariyah, sangat membantu untuk memahamkan bedanya makalah, artikel dll. Nuwun
BalasHapus